Di hari yang sama namun disisi lain istana, Archduchess Yoora dan Yeonghwa memilih untuk menginap dan tidak langsung pulang ke wilayah mereka. Sesuatu yang tak pernah terjadi mengingat kedua mantan putri Phynexia itu sebisa mungkin ingin pergi meninggalkan tempat yang cukup melukai mereka di masa lalu.
Keduanya mencapai kesimpulan yang sama dan berencana untuk mengkonfrontasi masalah itu agar tak lagi ada kesialan yang terjadi kedepannya antara persaudaraan para Pangeran.
Karena itulah sejak pagi hari keduanya sudah meminta waktu sang saudara lelaki mereka -Raja Chanyeol- untuk makan siang bersama. Hal ini disetujui sang raja, diapun rindu dengan saudara perempuannya.
Sejak penobatan takhta-nya menjadi Raja, kedua saudarinya juga ikut dinobatkan menjadi Archduchess Merahia dan Emasia. Ketiga saudara itupun langsung tinggal berpisah dan tak pernah bertemu selain bila ada rapat kenegaraan. Sederhananya, ketiga sahabat itu tak memiliki ikatan yang cukup kuat untuk membuat mereka saling bertamu bila bukan urusan kerajaan.
Makan siangpun terlaksana dalam diam, hanya ada ketiga saudara dalam ruang makan itu sedangkan pasangan dan anak masing-masing tidak ikut dalam jamuan itu. Semua terlaksana dalam diam, tak ada basa-basi yang terjadi.
Mereka masih diam sampai makanan utama selesai mereka habiskan.
"Kenapa bisa-bisanya kau berpikir untuk mengirimkan Jeno tapi tidak untuk Jisung dan Mark?" buka Archduchess Yoora. Tangannya menggapai saputangan yang telah disediakan dan menyeka bibirnya bersih dengan sehelai kain itu.
Tampak Archduchess Yeonghwa agak tersentak dengan suara yang akhirnya keluar itu, sedangkan Raja Chanyeol tanpa terkejut melanjutkan kegiatannya meminum teh Lotus Api yang tersedia. "Mark tetap putra mahkota, dia akan menjadi penerusku."
"Lalu?" pancing Yoora lagi sambil mengangkat tangannya untuk menginstruksikan makanan selanjutnya dihidangkan.
"Baekhyun akan sangat kehilangan Jisung jika dia pergi." lanjut Chanyeol. Raja itu mengira jawaban inti dari pertanyaan kakaknya tak perlu dijawab tapi sudah menjadi pemahaman bersama sehingga tidak perlu dikatakan dengan lantang.
Namun kedua saudarinya tak memiliki pemikiran yang sama. Yeonghwa sang bungsu terkekeh remeh dan mendengus geli melihat tingkah kakaknya. "Chanyeol, berhentilah menggunakan Jeno sebagai tamengmu." katanya tanpa menggunakan panggilan hormat untuk sang kakak. Di detik ini dia muak dan tak merasa kakaknya pantas dipanggil dengan embel kakak.
Hal ini memicu emosi Chanyeol karena ketidaksopanan adiknya yang juga berani menasehatinya. "Ini sudah kewajibannya Yeonghwa, dia anak tengah! Dia sepertiku! Bukankah aku selama ini selalu berkorban demi kalian?!" tanyanya sambil bergantian menatap Yoora dan Yeonghwa.
"Jangan samakan Jeno denganmu Chanyeol, situasi kalian tidak pernah sama sejak awal."
"Apanya yang berbeda dari kami, noona? Kami sama-sama anak tengah yang dikorbankan untuk menjadi tameng saudara-saudari kami kan."
"Dulu kau menjadi tameng dengan bayaran penerus kerajaan, Chanyeol. Tapi Jeno menjadi tameng agar Mark bisa naik takhta. Dia membayar sesuatu yang tak akan pernah menjadi miliknya. Kau kira itu adil?" tentang Yeonghwa. Adik paling bungsu diantara ketiga orang itu bahwasannya yang memiliki sumbu paling pendek, lebih pendek dibandingkan Chanyeol. "Kau memang anak tengah tapi kau anak laki-laki pertama. Jeno itu anak tengah tapi bukan anak laki-laki pertama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperial Shadow ≡ NoRen
Fiksi PenggemarPangeran kedua kerajaan Phinexia telah mendapatkan amanat dari sang raja untuk menikahi putra mahkota kerajaan Croastrow. Walaupun tak siap, Lee Jeno tetap pada pendiriannya untuk mengikuti apapun perintah sang ayahanda. Walaupun perintahnya adalah...