8. Rutinitas

8.6K 1.7K 201
                                    

Pagi itu, dibanding terkurung dalam kamarnya menunggu sarapan kerajaan, Jeno malah terpanggil keluar dari kamarnya dan bergabung dengan saudaranya yang sudah lebih dulu berada di halaman belakang, dengan wajah terangkat dan mata membelalak.

Pagi ini cuaca agak berangin. Maaf, maksudnya sangat berangin. Tentu ada alasan dibalik itu-

Whooosh

Kepala Jeno serasa patah ketika matanya berusaha mengikuti bayangan yang baru saja lewat di depannya.

Whoshhh Whoooshh

Bayangan lain, banyak bayangan lain ikut lewat di depan Jeno dengan kecepatan yang juga cepat tapi kalah cepat dengan bayangan awal. Ya, hanya opini Jeno yang dia ambil dari banyaknya impak angin yang menerpa badanya sih.

Bayangan-bayangan itu, salah satu diantara mereka berterian dengan suara menggelegar yang mampu terdengar bahkan diantara pusaran udara yang mulai tercipta.

"YAH! HUANG RENJUN, KAMI BUKAN TANDINGANMU! MENGALAHLAH SEDIKIT!" Teriak suara yang kemarin berbisik mengancam di telinga Jeno. Jeno tak akan lupa akan suara itu.

Teriakan Yukhei kemudian diikuti gelak tawa Chenle yang sangat melengking. Hilang sudah image Chenle yang sedikit pemalu di awal pertemuan mereka berkat tawa lepasnya yang tak terdengar terkekang ataupun siaga sama sekali.

Jeno tidak tahu siapa yang siapa karena halaman kerajaan dipenuhi dengan bayangan yang saling mengejar, ntah siapa saja dan ntah ada berapa. Mata Jeno tak sanggup mengikuti permainan mereka. Belum lagi bayangan-bayangan kecil yang ikut bersama, para gagak.

Salah satu bayangan yang paling depan -Renjun yang tadi diteriaki Yukhei- mempercepat kepakan sayapnya dan melakukan satu putaran menyusul sisa bayangan lainnya lalu kembali melangkahi mereka.

Kepakan sayap para gagak sangat membisingkan di telinga Jeno yang asing dengan suara itu. Adapula gelombang angin yang tercipta hasil dari gaya antara udara dan badan para gagak yang didorong kecepatan tinggi.

Pusaran angin semakin besar tercipta, rambut merah para Phinexya terlihat mengkilat diterpa matahari pagi sambil mereka menari dengan tempo bersaing.

"OIIII!" Protes Yukhei lagi. Suaranya terdengar lebih kuat dibanding kemarin walaupun pada dasarnya suara Yukhei sudah lebih kuat dari normal.

Satu bayangan yang tadi, yang Jeno anggap sebagai Renjun malah merubah arah terbangnya dari horizontal yang mengitari halaman kerajaan menjadi vertikal keatas. Semua bayanganpun mengikuti dibelakang.

Bayangan-bayangan hitam itu melesak dan memasuki kumpulan awan yang terbelah untuk mereka.

Begitu para bayangan telah menghilang di antara awan, suasana di halaman itu meredah. Daun-daun yang rontok, bahkan daun muda mulai turun bak hujan di musim panas. Rambut merah Jeno, Jisung, Mark dan beberapa pekerja istana yang tadi menyaksikan mereka, semua sudah teracak oleh angin.

Begitu pula suatu kekaguman terpendam yang kini tumbuh berkat angin yang mengikis itu.

~

Jeno menghembuskan nafas yang ia tahan tanpa sadar. "Mereka terlihat sangat..."

"Fenomenal." Sambung Jisung dengan matanya yang masih lebar menatap awan.

Mark menggangguk kecil pada dirinya sendiri sembari kedua tangan merapikan rambut dan bajunya yang teracak. "Ini pertama kalinya kita melihat seseorang memakai kekuatan mereka, bukan?"

Jisung akhirnya melepaskan tatapannya lalu menoleh kearah kakak tertua mereka. Iya menggangguk lalu ikut merapikan baju dan rambutnya.

"Bahkan dari bangsa kita sendiri, maksudku diluar rambut kita yang tidak terbakar bila terkena api," tambah Mark.

Imperial Shadow ≡ NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang