“Dimana Jeno? Dia sudah tidak pernah makan bersama kita.” tanya Chanyeol sambil membersihkan bibirnya dengan serbet kain yang telah tersedia dan sebelumnya terlipat rapi.
“Pangeran kedua sedang berada di Kastil Permata Hutan, Yang Mulia.” jawab kepala butler kerajaan yang berdiri di belakang kursi sang raja.
“Sekarang anak itu sudah tak perlu izin untuk keluar ya?” sindir Chanyeol
“Biarkan saja, Yeol. Dia sedang mengunjungi tunangannya.” bujuk Baekhyun.
Chanyeol menghela nafas panjang untuk menenangkan diri sebelum membalas suaminya. “Ya kau benar. Maaf, aku hanya khawatir.”
Baekhyun tersenyum memaklumi. Kini mata sang pendamping raja itu melihati kedua anaknya yang diam membisu begitu nama saudara mereka terangkat.
“Kudengar anak-anakku bertengkar kemarin hari.” pancing Baekhyun.
Jisung berkali-kali membuka dan menutup mulut tanpa berhasil membalas, sedangkan yang sulung langsung berdiri. “Aku tak ingin membicarakannya.” katanya lalu meminta izin pergi lebih dulu.
━╋━◇◇◇━╋━
Karena hari Minggu kosong, Jeno sudah datang ke Kastil Permata Hutan sejak pagi. Dia mengikuti terbang pagi mereka dengan menunggangi Bongshik yang sekarang sudah dipindahkan dari kerajaan, lalu makan pagi bersama yang lain sebelum mereka pergi ke kesibukan masing-masing.
“Sebenarnya tak ada dari kami yang menggunakan sepasang belati.” pikir Yukhei.
Jeno memang langsung mendatangi Yukhei untuk minta diajarkan menggunakan belati. Dia bisa saja meminta ke XiaoJun yang notabene-nya adalah prajurit pendamping Renjun. Tapi mengingat Yukhei adalah translator dan berasal dari distrik 7 atau communicative (Jeno tidak salah kan ya?), jadilah Jeno mendatanginya untuk meminta saran.
“Ya, sudah kuduga.” angguk Jeno yang mengingat masing-masing Croastrow sejauh ini mengeluarkan senjata yang berbeda dari sarung bambu mereka.
“Yang paling mendekati senjatamu itu Renjun atau Hendery.” putus Yukhei yang dengan cepat meraih kerah baju Renjun dan Hendery yang baru saja akan melewati mereka.
“Tidak mau, aku sibuk.” balas Hendery dengan begitu cepat.
Dia langsung melepaskan cengkaraman tangan Yukhei dari dirinya dan Renjun, lalu dengan paksa mendorong Yukhei menjauh.
“HEI PELAN-PELAN! HEIIII!!!” protes Yukhei. Tapi Hendery tidak berhenti mendorongnya sampai menyeretnya untuk ikut terbang.
Pada akhirnya sisa Jeno dan Renjun yang tersisa di halaman kastil. Renjun menatap Jeno dengan penasaran, dan tanpa pikir panjang Jeno memberikan sepasang belati yang dia pegang kepada Renjun.
Seakan mengerti tanpa kata, Renjun mengangguk lalu memegang belati itu dengan benar. Dengan kakinya, dia menendang bagian belakang lutut Jeno sehingga pangeran Phynexia itu jadi memasang kuda-kuda.
Jeno memekik kaget, tetapi Renjun meneruskan gerakannya. Kali ini dengan sikunya putra mahkota itu menyikut lengan Jeno hingga kedua lengannya terangkat hingga dekat wajah, dan ditahan dalam posisi itu.
Selanjutnya mata pisau belati yang Renjun pegang melintas di leher Jeno. Sangat-sangat dekat. Jeno yakin dia dapat merasakan dinginnya pisau itu, tetapi disaat yang sama belati itu tidak sampai menyentuh kulit Jeno.
Salah satu pisau itu juga Renjun gerakan seakan akan menikam dada kiri Jeno. Tangan Jeno tak mampu bergerak melindungi. Tapi sebelum tertusuk ke bajunya, Renjun sudah memberhentikan tangannya. Ujung pisau itu kini melayang di udara dimana sela iga empat dan lima kiri terdapat. Titik langsung ke jantung, dan terlemah dibandingkan perlu melewati tulang-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperial Shadow ≡ NoRen
FanfictionPangeran kedua kerajaan Phinexia telah mendapatkan amanat dari sang raja untuk menikahi putra mahkota kerajaan Croastrow. Walaupun tak siap, Lee Jeno tetap pada pendiriannya untuk mengikuti apapun perintah sang ayahanda. Walaupun perintahnya adalah...