chapter 37: possession

6.9K 552 140
                                    

Heeseung merasa pemikirannya cukup berantakan, mungkin ibarat kapal pecah. tumpukan kertas yang ada di atas meja kerjanya kurang ampuh untuk menyelamatkannya dari jeratan pemikiran tak berujung. satu nama terlintas di benaknya, Sunghoon. semenjak Jay dinyatakan meninggal, hubungannya dengan Sunghoon menjadi sedekat mata kiri dan kanan. mengingatkannya akan masa mereka masih bertunangan.

tuan muda Park selalu bersedia menjadi pendengarnya atau sekedar teman minum. walau Sunghoon selalu berakhir mabuk, sedangkan dirinya tidak merasakan apapun. tak peduli berapa banyak cairan keras mengalir di tenggorokannya, kesadarannya tak pernah terganggu.

ada apa dengan takdir? kala ia tidak mencari, maka akan muncul dengan mandiri. apa sudah merupakan hukum alam? niat mencari Sunghoon, dirinya malah bertemu dengan Jay. waktu ia melihat punggung kecil Jay berjalan elok di depannya, kedua tangan Heeseung sudah kepalang siap meraihnya.

namun, dirinya masih tahu diri. ini bukan waktunya untuk kalah dengan birahinya. Jay bukan objek pemuas nafsu dan tak akan pernah, meski ia sudah sangat rindu menyetubuhinya. dua tahun lamanya dominant alpha itu tidak menyentuh siapapun. umum bila para omega mengiranya sudah rusak.

kedua sudut bibirnya terangkat sedikit kala omega-nya enggan untuk menoleh. ia tahu bahwa Jay adalah seorang penakut dan dia sengaja memanggilnya. karena bila Heeseung hanya melenggang pergi ke dalam kediaman, seorang Jay Shim tidak akan pernah tahu tentang kehadirannya.

• • •

"Heeseung?"

dominant alpha itu berhasil mempertahankan wajah datarnya meski dirinya cukup terkejut. ia yakin Jay belum mengingatnya, lalu bagaimana omega-nya mengetahui namanya? Heeseung percaya Jay akan takut bila ia melangkah lebih dekat lagi, tapi kedua kaki jenjangnya tetap saja berjalan ke arahnya.

"ya?", suara berat itu dengan sopan memasuki indra pendengaran Jay. entah mengapa bulu kuduknya bereaksi. membuat Jay menggigil dengan iringan angin malam.

berbeda dengan Jay, suhu tubuh seorang alpha itu tinggi. membuat mereka selalu hangat pada cuaca sejuk namun membuat mereka selalu kepanasan pada cuaca terik. mengira Jay kedinginan, Heeseung dengan reflek memeluknya. membuat tubuh kecil Jay tersembunyi di balik lengan kekarnya.

Jay terkesiap. dirinya dipeluk oleh alpha asing yang ia tidak ketahui identitasnya. tapi, mengapa tubuhnya tidak melawan? mengapa ia malah ingin membalas pelukannya? tanpa sadar, sebulir air bening mengalir indah dari kedua matanya.

"hey, why are you crying?", Heeseung bertanya dengan nada yang sangat lembut. membuat lebih banyak air mata mengalir deras dari pelupuk mata Jay.

"Jay?", dengan perlahan, pipi tembamnya ditangkup oleh tangan Heeseung. omega itu tersenyum tipis kala memegang tangan Heeseung yang sangat besar dibandingkan miliknya. serta jangan lupakan betapa hangatnya tangan kekar itu. bibirnya bergetar, susah rasanya untuk berbicara,

"I.. know you—

Jay tersendat

my alpha"

tanpa peringatan, lumatan lembut terasa di bibir Jay. ia sedikit terkesiap, walau pada akhirnya membalas lumatan pelan Heeseung. tidak ada nafsu di dalam tautan mereka, hanya ada rasa saling mendamba, serta rindu. sebuah ciuman yang berarti, dan yang mereka berdua butuhkan, untuk menunjukkan sebetapa berharganya mereka bagi satu sama lain.

dominant alpha itu menempelkan keningnya pada kening Jay. dengan perlahan, ia memejamkan matanya. sambil mengelus pelan tengkuk Jay, sebuah senyuman yang hanya tercipta kala ia bersama dengannya, kembali terukir indah di wajah tampannya. wajah keras tanpa ekspresi itu berubah menjadi begitu lembut dan penuh cinta, di dalam dekapan omega-nya.

encounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang