“Giselle,” panggil Jungwon dari depan pintu tempat beta berdarah Jepang itu tidur semalam.
“Gi?” panggilnya lagi saat tak kunjung mendapatkan respon yang diharapkan.
“sorry,” Jungwon berujar seraya menggerakkan tangan kanannya untuk memutar kenop pintu, hendak memasuki ruangan Giselle tanpa ijin. beta male itu tersenyum saat mendapati sang pujaan hati sedang tenggelam dalam benaknya, sembari menikmati semilir angin sejuk yang menyapu lembut rambut panjangnya.
Jungwon melangkahkan kakinya pelan dengan senyuman tipis yang menghiasi wajah rupawannya, “pagi menjelang siang.”
tubuh yang hampir seukuran dengan si penyusup kamar walau sedikit lebih pendek itu bergetar akibat terkejut. lagi-lagi Jungwon harus bersyukur karena toleransi Giselle terhadap kejadian yang mengesalkan cukup tinggi. kala melihat ke samping dan mendapati sosok Jungwon di sampingnya, Giselle merasa cukup bersyukur. setidaknya, masih ada figur yang peduli atau mungkin bila ia naikkan sedikit rasa percaya dirinya, masih ada figur yang menginginkan kehadirannya. karena bila berbicara secara terang-terangan dengan lubuk hati terdalamnya sebagai sang narasumber, Giselle tak merasa bahwa eksistensinya dibutuhkan di sini, di kediaman Shim, maupun di Korea. dan bukannya ia berharap demikian, tetapi, menyenangkan bukan bila dirimu diinginkan? jadi ia bulatkan tekadnya, sebelum melarikan diri, dia ingin berbaikan dahulu dengan Jay, walau belum terpikirkan bagaimana caranya. pergi tanpa menyelesaikan suatu masalah tidak akan memberikan ketenangan pada batinnya, dan Giselle tidak mengkehendaki perasaan itu untuk menghantuinya setiap waktu.
“lah? kenapa malah lanjut melamun?” protes Jungwon yang didukung oleh lipatan tangannya di depan dada.
Giselle tersenyum geli, “lalu, harus ngapain?”
“sapa balik won’t hurt, right?”
“engga, selamat siang tuan muda Yang.”
“great.”
mungkin bila diminta untuk menggambarkan perasaannya, Giselle akan menggambar kucing yang memeluk erat boneka matahari. Jungwon, beta male itu, selalu membawakan kehangatan bersamaan dengan kehadirannya. tetapi, Jungwon tidak terlihat seperti benda langit yang amat setia menerangi bumi itu, melainkan mirip anak kucing, oleh karenanya, ide lukisan Giselle adalah kucing ditambahkan dengan boneka peneman siang hari alias sang surya. akan tetapi, kemahiran Giselle dalam melukis berkat sahabatnya — Karina Yoo — tidak diminta di sini. jadi, Giselle mewakilkan perasaannya lewat kurva yang dibuat oleh bibir merah mudanya.
“udah makan?” tanya Giselle.
“udah. kamu?” Jungwon membalas dengan pertanyaan yang kurang lebih, sama.
“belum. malu-maluin ya kalau bilang belum makan, karena takut ketemu Lee Heeseung..”
“kan itu udah bilang? tapi wajah gantengnya emang ga bersahabat sih.”
“pfftt.” pendapat Jungwon mengundang gelak tawa si beta kelahiran negeri sakura.
dalam proses penyembuhan jiwa melalui media lukis, warna hitam adalah warna yang paling dihindari. tetapi bila Giselle disuruh untuk melukiskan warna yang mewakilan sosok tuan muda Lee itu, ia akan melempar ember penuh cat hitam ke arah kanvas. berlebihan? iya. hiperbolis? sangat. namun, Giselle tidak cukup berani untuk menunjukkan batang hidungnya di depan Heeseung. setidaknya bukan sekarang. apalagi, ia yakin bahwa dominant alpha itu akan menggelayuti tubuh Jay posesif dengan tangan kekarnya, maupun sekedar pheromone. dan Giselle jauh dari kata siap untuk menyaksikan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
encounter
Fanfictionfanfiction tentang Heeseung dan Jay karena authornya thirsty. hati-hati di jalan soalnya penuh dengan spontanitas mulai: 25/10/21 tamat: 25/07/22