chapter 42: denouement

8.3K 375 68
                                    

Heeseung pada masanya pernah damba akan pemandangan ini. pemandangan di mana ada omega yang ditakdirkan untuknya, tertidur nyenyak dalam dekapan. dirinya pun pernah kelewat pesimis, sebab ikatannya dengan Sunghoon pernah jadi penghalang. imajinasinya tak semegah ini, ia tidak berani, takut-takut termakan mimpi lantas melepeh kekecewaan. tapi pre-heat Jay — omega Heeseung — kembalikan rasa magis itu. rasa yang mendominasi, rasa yang ia rindu-rindukan, rasa yang amat ingin dia cicipi. kini Heeseung bisa saja beteriak pada bentala serta tali takdir bahwa ia sanggup dan bisa jaga omega-nya. ia mampu, dan Heeseung yakin bila Jay hanya bisa aman jika berada dalam kepemilikan Heeseung. dia berjanji diri yang terbaik dalam ranah melindungi, sebab Heeseung tidak berniat kehilangan omega-nya untuk yang kali ketiga. namun bila orang lain rela mati demi yang dicinta, Heeseung tak rela. bukan karena ia tak sayang, tapi terlalu sayang pada Jay, sampai ia tak bisa bayangkan Jay jadi pihak yang tanggung derita duka. biar saja Heeseung yang sakit, biar saja Heeseung yang sengsara, asalkan kecintaannya, yang paling-paling ia cinta, tidak tersentuh oleh badai kesedihan.

"mmh," Heeseung mengerang kecil saat tangan Jay mendarat di mukanya. tanpa menunggu lama, dua mata tajam itu mulai tampakkan cahyanya.

"morning," sapa Heeseung sambil mengecup pelan pipi gembil Jay, lalu menuju ke ranum merah mudanya yang sedikit pucat khas orang bangun tidur.

si omega tak bereaksi, ia membiarkan Heeseung melakukan keinginan hatinya. namun disaat Heeseung terasa mulai dikabut nafsu, Jay kembali menampar pelan pipi Heeseung. air muka Jay tampak tak senang, buat Heeseung secepat mungkin ajukan permohonan maaf.

"ayo ke rumah," ajak Jay yang kemudian mengusal di leher Heeseung.

"mandi dulu?" tanya Heeseung yang disetujui Jay.

• • •

"kalian mau ke mana?" tanya Jake kala melihat Heeseung dan Jay berada di depan lift.

"kamu sendiri?" tanya Jay balik.

Jake memutar pelan bola matanya, sebab si saudara tanpa ikatan darah ini punya kebiasaan jawab pertanyaan dengan pertanyaan. "ke mansion Park. Sunghoon minta aku ke sana."

"oh? Sunghoon isn't here?" kali ini yang bertanya Heeseung dan dijawab oleh gelengan kepala Jake.

"dia ke mansion Park kemarin malam."

Jake kembali bertanya, "jadi, kalian mau ke mana?"

"home," ucap Jay dengan nada senang.

alis Jake sedikit berkerut, "are you sure?"

Jay tidak menjawab dan malah beralih masuk ke lift, serta ia menarik tangan Heeseung pelan untuk memegang pinggang rampingnya, daripada menganggur di kantong celana. "bye, Jake!!"

"good luck, I guess?" seru Jake.

tidak seperti biasanya, Heeseung menempatkan Jay di kursi penumpang. lalu ia memutari mobil untuk masuk ke kursi penyetir.

Jay merasa ada yang aneh tapi tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata, "kenapa?" adalah wujud segala rasa yang mengganjal.

"???—

—kenapa?" Heeseung bertanya karena ia benar-benar tidak mengerti.

Jay mendengus kesal lalu merangkak kecil ke pangkuan Heeseung. ia menyamankan posisinya dan megistirahatkan kepalanya di dada bidang sang alpha. Heeseung selaku saksi hanya tertawa haru melihat tingkah Jay. Heeseung terharu, sangat terharu, karena tadinya ia takut Jay tidak akan nyaman bila ia pangku seperti biasanya. di pangkuannya, Jay terlihat amat kecil, amat rapuh, seperti akan remuk bila Heeseung dekap terlalu erat. jadi Heeseung perlakukan Jay dengan lembut, lebih lembut dari ia perlakukan diri sendiri. bak dirinya miliki cinta berlebih bagi Jay, dibanding untuk segala hal yang manusia dapat sebutkan. Jay selalu berhasil bangkitkan sisi alpha dalam Heeseung, dibuktikan oleh sekujur tubuh Jay yang dilapisi pheromone-nya.

encounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang