"aku normal...."
"Aku bukan gay...."
"Tadi hanya kebetulan"
"Aku normal"
"Aku bisa mencintai wanita"
Singto sedari tadi terus menggumamkan kata-kata itu berulang kali tadi saat dirinya mengobati tangan krist dan tatapan mata mereka bertemu, singto merasa jantungnya seakan berhenti berdetak, tatapan krist sangat tajam dan hal itu membuat jantungnya berdetak kencang, sudah lama singto tak merasakan perasaan seperti itu, terakhir kali dirinya merasakannya saat SMA dulu.
Apa dirinya jatuh cinta dengan seorang pria lagi sekarang? Semudah itu? Singto memang selalu berusaha menghindar untuk tidak berinteraksi dengan pria, jadi selama ini usahanya bersikap kasar di depan semua pria sia-sia, dia bahkan dengan mudahnya merasakan hal itu lagi hanya karna di tatap oleh krist tadi.
Singto menenggelamkan wajahnya ke meja kerjanya, ia mati-matian berusaha untuk mengusir bayang-bayang krist dari pikirannya.
***
Pukul 12 malam, krist masih belum bisa tidur, mungkin karna dirinya sudah terbiasa berkerja jadi ia tak mengantuk sama sekali, krist hanya memainkan ponselnya untuk mengusir rasa bosannya.Krist melihat pintu ruangannya terbuka, di sana ada singto yang hanya menggunakan pakaian biasa, karna memang jam kerja singto sudah habis.
"Bagaimana keadaan mu?" Tanya singto.
"Aku baik-baik saja, seharusnya aku langsung pulang tadi" ucap krist.
"Kamu masih lemah, krist dan harus di rawat inap, apa kamu makan dengan teratur selama ini?" Tanya singto.
"Hmm, aku makan dengan teratur" jawab krist.
"Tapi kenapa tubuh mu sangat kurus?" Tanya singto.
"......."
Singto melihat banyak buah di atas nakas samping ranjang krist itu buah dari apple dan gun tadi.
"Apa kamu ingin buah?" Tanya krist.
"Huh?"
"Ambil saja, itu terlalu banyak untuk ku sendiri"
Singto mengambil kursi dan duduk di dekat ranjang krist sedangkan krist juga ikut duduk bersandar di kepala ranjang.
Singto mengambil pisau dan mencoba mengupas kulit mangga, namun sepertinya singto tak pernah memegang pisau itu dapat krist lihat dari cara dia mengupas mangga.
"Berikan pada ku" ucap krist.
"Aku saja" ucap singto.
"Jika kamu mengupas mangga seperti itu, apanya yang akan kita makan?" Tanya krist, karna singto mengupas mangga hampir sebagian dengan isinya juga ikut di kupasnya.
Singto memberikan mangga yang berada di tangannya kepada krist, krist mengupas dan memotong kecil mangganya kemudian memasukannya ke piring. Krist juga mengupas apel dan pear.
"Kamu tak pulang?" Tanya krist.
"Sebentar lagi" ucap singto.
Keduanya memakan buah dalam diam, krist juga tak tahu ingin bicara apa, ini kali pertama mereka bertemu kembali setelah kejadian tak mengenakan saat itu.
"Apa kamu sudah mengantuk?" Tanya singto.
"Belum, aku sudah terbiasa tak tidur jam segini, biasanya aku berkerja tapi sekarang di bawa istirahat malah tak bisa tidur" ucap krist.
Singto melihat jam yang hampir jam 1, ia melihat krist bahkan tak menguap sama sekali.
"Jika kamu ingin pulang, pulang saja" ucap krist.
"H-huh?"
"Kamu pulang, ini sudah sangat larut" jelas krist.
"Hmm, aku juga masih belum mengantuk" ucap singto.
"Walau tidak mengantuk sebaiknya kamu pulang, bukankah besok kamu harus berkerja lagi?" Ucap krist.
"Kamu mengusir ku?" Ucap singto.
"Bukan.... Hanya saja aku mengantuk dan ingin tidur" ucap krist, berbohong.
Dari pada mereka terdiam tanpa berbicara memang lebih baik singto pulang saja dia juga tidak sakit parah dan tidak akan terjadi apa-apa jika dirinya sendirian.
"Kamu bilang kamu tidak mengantuk tadi?" Ucap singto yang merasa di bohongi.
Krist menatap singto, karna menurutnya singto sangat aneh saat ini bukankah singto tak pernah suka padanya? Kenapa tiba-tiba langsung berubah. Singto yang di tatap menjadi gelagapan.
"Baiklah, aku pulang" ucap singto, sambil beranjak dari duduknya.
"Tunggu...." Ucap krist.
"Apa?" Tanya singto.
Krist mengambil beberapa buah yang ada di sana dan memberikannya kepada singto.
"Aku bisa membeli sendiri" ucap singto.
"Aku tak akan bisa menghabiskannya sendiri" ucap krist.
Singto hanya menganggukan kepalanya sambil melihat beberapa buah yang di pegangnya.
"Hati-hati...." Ucap krist lagi.
Singto tak menjawab atau menoleh, tapi yang pasti wajahnya memerah mendengar ucapan hati-hati dari krist, sudut bibirnya juga terangkat sedikit.
Krist juga tersenyum melihat singto walau dirinya masih curiga kenapa singto bisa berubah drastis, karna yang krist tahu singto orangnya sangat sombong.
""*
Di tempat lain saat ini gun masih sibuk berkerja, karna pelanggan cafe masih banyak yang datang walau sudah sangat larut. Pikiran gun juga melayang ke rumah sakit sebenarnya karna memikirkan krist yang sendiri di sana."Heh pendek.... Mana buku menunya" ucap seseorang membuat gun tersadar dari lamunannya.
Gun bahkan tak sadar jika ada pelanggan yang masuk. Gun melihat orang yang meneriakinya tadi, itu Off... Pria yang sudah membuat gun patah hati.
Setelah sekian lama akhirnya off pergi lagi ke cafe. Dulu sebelum gun menyatakan cintanya off memang sering ke cafe namun semenjak gun menyatakan cinta padanya off menjadi malas ke cafe itu dan malam ini, waktu istirahatnya ia luangkan untuk ke cafe entah terkena angin apa off hingga mau pergi ke sini lagi.
"Seperti biasa" ucap off, saat melihat gun menghampirinya.
Gun hanya menganggukan kepalanya dan pergi dari sana, gun bahkan masih ingat kopi yang selalu di pesan oleh off.
Setelah gun pergi, off tersenyum, entah apa yang di pikirkannya hanya dirinya sendiri yang tahu.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Love ✓
FanfictionCinta luar biasa dari krist untuk singto dimana krist harus berusaha membuat singto nyaman dengannya, mereka ibarat langit dan bumi! Singto setinggi langit karna singto memang terlahir dari keluarga kaya raya dan krist ibarat bumi krist hanya pria b...