Part 13

1K 111 13
                                    

Saat singto memasuki kamar krist terdengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi, singto dapat menebak jika krist sedang mandi sekarang, ia mengedarkan pandangannya melihat isi kamar krist walau kecil dan mungkin hanya sebesar kamar mandi di dalam kamar miliknya? Atau lebih besar dari kamar mandinya tapi kamar krist sangat rapi. Singto duduk di ranjang sambil menunggu krist selesai mandi.

Tak lama krist keluar hanya dengan menggunakan handuk, ia mengusap rambutnya yang basah dan berjalan menuju lemari mengambil pakaian untuk di kenakannya.

Singto mengalihkan pandangannya ke arah lain saat krist memakai pakaiannya, krist tahu di atas kasurnya ada singto, bukankah mereka sama-sama pria? Jadi untuk apa malu.

"Aku lelah ingin tidur" ucap krist sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang samping singto duduk.

"Krist....."

"Hmm....." Ucap krist dengan mata terpejam.

"A-aku....."

"Kenapa? Kamu ingin pulang? Pulang saja, aku benar-benar lelah dan tak bisa mengantarkan mu ke depan" ucap krist dengan mata yang masih terpejam.

"Aku....."

"A-aku......"

"Aku...... M-menyukaimu" ucap singto pelan.

Jantung singto berdebar kencang menunggu jawaban dari krist, satu menit, lima menit, sepuluh menit, krist hanya diam, singto memberanikan diri untuk melihat ke arah krist terdapat dengkuran halus yang keluar dari bibirnya, itu petanda jika krist sudah tidur.

Singto menatap krist dengan kecewa, ia merebahkan tubuhnya di samping krist, singto menatap wajah damai krist yang terlelap terlihat dari wajah krist jika krist sangat lelah hari ini, singto mengusap pipinya pelan daan memejamkan matanya hingga ia ikut tertidur.
.
.
.
.

Di tempat lain saat ini, gun tengah uring-uringan, ia tak konsen berkerja apa lagi melihat krist pulang bersama singto tadi.

"Kamu kenapa?" Tanya newwie.

"Apa krist menyukai dokter itu? Atau dokter itu menyukai krist"

"Jika iya kenapa? Bukankah masih ada banyak pria di dunia ini?"

"Tapi kenapa aku selalu di tolak, apa aku sejelek itu?"

"Hah... Kamu tak di tolak, krist tak pernah menolak mu 'kan?"

"Iya, tapi..... Entahlah, aku bingung" ucap gun.

"Gun... Cinta tak harus memiliki, jika krist dan dokter itu memang ada hubungan special, ku harap kamu tak menjadi kacau sama seperti saat off menolak mu saat itu"

"Hmm.... Tidak" lirih gun.

Tak lama lonceng pintu cafe berbunyi petanda ada yang masuk, gun melihat orang yang baru saja datang, itu si mata sipit, entah kenapa off menjadi lebih sering meluangkan waktu istirahatnya ke cafe sekarang.

Gun yang melihat kedatangan off pun menghampirinya, ia memberikan buku menu kepada off.

"Aku pesan kopi special" ucap off.

"Semua kopi disini sama saja" ucap gun.

"Yang special dan di buat oleh mu dengan cinta? Apa ada?" Ucap off lagi.

"Cihh...." Ucap gun.

Gun merebut buku menu yang di pegang oleh off lalu berlalu pergi meninggalkan off yang masih duduk di sana.

"Hei... Apa begitu cara mu melayani pelanggan" teriak off, namun tak di hiraukan oleh gun.



****
krist terbangun dari tidurnya, ia melihat jam yang ternyata sudah jam 4 sore, krist terbangun karna perutnya yang terasa lapar, ia melihat di sampingnya ada singto yang tertidur pulas.

"jadi singto tak pulang" gumam krist.

Krist menatap wajah damai singto yang tertidur sejujurnya krist merasa aneh dengan perubahan singto selama ini, singto menjadi sering menghubunginya dan sekarang apa? Singto bahkan ikut tidur di ranjangnya.

Krist menatap wajah damai singto hingga singto membuka matanya, lagi-lagi tatapan mata mereka bertemu, krist menatap singto dalam penuh arti seakan bertanya apa maksud perubahan mu selama ini dan singto juga membalas tatapan krist, mereka saling menatap namun dalam diam berkutat dengan pikiran masing-masing.

Tatapan krist teralih ke bibir merah singto, bibir yang sudah dua kali hampir di lumatnya namun gagal, bibir itu seolah menyapa krist untuk mendekatkan wajahnya di sana.

Perlahan krist mendekatkan wajahnya dan singto langsung memejamkan matanya, berharap kali ini ciuman mereka tak gagal lagi dan bibir mereka segera bertemu.

Sedikit lagi bibir krist menyentuh bibir singto, namun suara ketukan pintu membuat krist menjauhkan wajahnya, krist beranjak dari ranjang dan membuka pintu kamarnya sedangkan singto kecewa menatap krist, mungkin air matanya akan terjatuh kali ini.

"Kenapa ma?" Tanya krist.

"Apa teman mu masih di sini?" Tanya mamanya.

"Hmm... Dia tidur sekarang"

"Ikut mama"

Krist menutup kembali pintu kamarnya dan berjalan mengikuti mamanya.

"Apa kamu gay krist?" Tanya mamanya langsung.

"M-maksud mama"

"Apa tadi pacar mu?"

"Hah.... B-bukan"

"Kenapa dia mengikutimu sampai kamar? Dan kenapa dia tak pulang sedangkan dia tahu sendiri jika kamu sangat lelah dan juga mengantuk"

"Dia hanya teman ku. Kami sudah lama tak bertemu, apa salah dia ke sini?" Ucap krist.

"Teman mu hanya off yang mama tahu sejauh ini" ucap mama krist.

"......."

"Mama mengenalnya, bukankah dia anak tuan jack? Juga dokter di rumah sakit besar? Wajahnya sering masuk televisi maupun majalah" ucap mama krist lagi.

"Iya, apa masalahnya?" Ucap krist.

"Dia benar bukan pacar mu kan?" Ucap mama krist curiga.

"B-bukan.... Kami hanya tidur tadi tanpa melakukan apapun" ucap krist

"Krist, kamu anak mama satu-satunya dan mama mau kamu hidup normal, menikah dengan wanita dan memberi mama cucu, kamu juga tak pantas jika bersanding dengan dokter itu, hidup kalian jauh berbeda, kamu mengerti maksud mama 'kan?"

"Aku mengerti ma.... Aku ke kamar dulu, ingin mandi dan bersiap bekerja" ucap krist.

"Iya"

Krist berjalan dengan lesu ke kamarnya, baru kali ini mamanya mencurigai orientasi seksualnya karna membawa singto pulang.

Krist memang tak pernah jujur tentang orientasi seksualnya kepada mamanya, lagi pula dirinya masih belum ingin serius dengan seseorang makanya ia tak mengatakan itu kepada mamanya.















Tbc.

Amazing Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang