Part 10

1K 125 23
                                    

Pukul 12 malam, krist baru saja pulang berkerja di cafe di pertengahan jalan krist melihat ada mobil yang berhenti dan krist melihat sepertinya sang pemilik mobil tengah berusaha untuk memperbaikinya terlihat dari kap mobil yang di buka.

Krist menghampiri mobil itu, singto yang mendengar suara motor berhenti menjadi ketakutan, takut itu orang jahat.

"Ada yang bisa ku bantu?" Tanya krist.

Singto mengalihkan atensinya dari mesin mobil, ia melihat krist di sana, singto bernafas lega ternyata itu bukan orang jahat.

"Krist...."

"Mobil mu kenapa, sing?"

"Mobil ku mogok"

Krist turun dari motornya kemudian melepas helmnya, ia berjalan mendekat ke arah singto dan memeriksa mesin mobilnya.

"Ini tak bisa di perbaiki sekarang" ucap krist.

"Kenapa?"

"Ini semua memerlukan alat dan alatnya hanya ada di bengkel, aku tak membawa alat-alat bengkel sekarang" ucap krist.

Krist mengeluarkan ponselnya dari kantong celananya dan mencoba menghubungi off namun tak ada jawaban, mungkin off sibuk berkerja karna memang off masuk malam.

Krist terus mencoba beberapa kali menghubungi off agar off dapat membawa mobil derek ke tempat mereka dan membawa mobil singto ke bengkel namun sepertinya off benar-benar sibuk.

Krist melihat singto yang sedari tadi terus menguap dan sepertinya sangat lelah.

"Apa kamu punya nomor bengkel langganan mu?" Tanya krist.

"Tidak...."

"Apa kamu ingin pulang, ayo aku antar, kebetulan aku membawa dua helm" ucap krist.

"Helm siapa satunya?" Tanya singto.

"Helm gun, dia mengatakan jika motornya rusak dan dia meminta aku untuk menjemputnya tadi pagi" ucap krist.

"Kamu tak pulang bersamanya lagi" tanya singto.

"Tidak... Karna gun sudah di jemput tadi menggunakan mobil, mungkin dia lupa dengan helmnya yang masih ada di motorku?" ucap krist, seraya berjalan ke arah motornya.

"Ayo pulang... Aku antar" ucap krist, saat melihat singto yang masih betah berdiri di dekat mobilnya.

"Krist, kenapa kamu tak pernah mengangkat panggilan ku?" Tanya singto.

"Aku sibuk sing, kamu tahu sendiri siang tadi aku berkerja seharian di bengkel dan jam 12 malam ini aku baru pulang berkerja dari cafe saat sampai di rumah nanti aku akan langsung tidur jadi aku tak ada waktu untuk melihat ponsel" ucap krist.

"Ku pikir kamu sengaja menghindari ku dan tak ingin berteman dengan ku" gumam singto.

"Tidak, aku tak pernah menghindari mu, aku memang tidak ada waktu untuk melihat ponsel dari pada melihat ponsel, lebih baik aku menggunakan waktu ku untuk tidur" ucap krist.

"Ayo naik ke motor, aku akan mengantar mu pulang, besok pagi baru mobilmu ku bawa ke bengkel" ucap krist lagi.

"Terima kasih" ucap singto.

Singto berjalan mendekat ke arah krist, ia melihat motor krist, motor yang pernah di hinanya dulu? Sekarang dia malah menaiki motor itu.

Krist memberikan helm yang di pegangnya ke singto dan mulai menghidupkan motornya, singto naik ke belakang dan memegang pinggang krist agar tak terjatuh karna memang ini kali pertama singto naik motor.

"Apa aku boleh memelukmu? Aku takut jatuh" ucap singto.

"Iya" jawab krist singkat.

Singto melingkarkan tangannya di perut krist dan menyandarkan kepalanya di punggung tegap itu, jantung singto kembali berdegub kencang dan dia tersenyum malu saat ini.

Di sepanjang jalan hanya ada keheningan, krist dan singto sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, hampir 40 menit kemudian akhirnya motor krist memasuki perumahan mewah.

"Di sini" ucap singto.

Krist menghentikan motornya di depan sebuah rumah yang sangat besar.

"Terima kasih" ucap singto, setelah dia turun dari motor krist.

Singto langsung berjalan hendak membuka pagar rumahnya, karna dirinya benar-benar gugup dan juga malu sekarang. Ia tak ingin krist melihat wajahnya yang memerah.

"Tunggu...." Ucap krist.

"Kenapa?" Tanya singto.

"Helm gun...." Ucap krist.

Singto bahkan baru sadar jika di kepalanya masih ada helm, dia benar-benar malu sekarang. Tolong, singto ingin menghilang saja dari muka bumi ini.

Krist hanya terkekeh kecil melihat wajah singto yang memerah, ia turun dari motornya dan menghampiri singto yang masih mematung di depan pagar rumahnya.

Krist membantu singto membuka helmnya, lagi-lagi tatapan mata mereka bertemu, krist tersenyum dan itu sukses membuat singto gelaggapan, hembusan nafas hangat keduanya sangat terasa, tatapan mata mereka masih bertemu sampai krist berhasil membuka helm singto.

Mereka masih saling menatap, tak ada yang bicara hembusan angin malam seakan menghipnotis krist untuk mendekatkan wajahnya ke wajah singto, apa lagi wajah singto terlihat sangat manis di hiasi oleh warna kemerahan di kedua pipi gembulnya.

Perlahan namun pasti wajah krist semakin mendekat, singto tahu krist akan menciumnya, jika singto tak mau dia bisa menolak, tapi sekarang singto bahkan memejamkan matanya, bibir mereka hampir bertemu namun tiba-tiba ucapan singto saat di cafe dulu terlintas kembali di pikirannya.

"Apa itu pacarmu? Kamu gay? Cih... Homo menyedihkan"

Krist yakin jika singto pria normal, seperkian detik kemudian krist menjauhkan wajahnya, ia tak jadi mencium singto sehingga membuat singto membuka matanya lagi dan menatap krist dengan tatapan kecewa.

"Maaf sing, aku pulang dulu" ucap krist.

Tanpa menunggu jawaban dari singto, krist langsung naik ke motornya dan mulai menjalankannya pergi meninggalkan singto yang masih mematung dan juga kecewa karna mereka tak jadi berciuman tadi.

Jantung singto masih berdetak kencang saat ini dan sekarang dia yakin jika dia jatuh cinta dengan krist, namun sepertinya krist tak menyukai dirinya mengingat pertemuan pertama mereka saat itu sangat tidak mengenakan, singto menjadi menyesal karna telah berbuat kasar saat itu. Setelah krist benar-benar menghilang dari pandangan matanya, singto langsung masuk ke dalam rumahnya.




















Tbc.

Amazing Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang