Bagian 5 (revisi)

8K 585 15
                                    

Hentakan langkahnya menggema di penjuru rumah, di iringi sang asisten dibelakang nya. Maid yang sedari tadi berbaris hanya menundukkan kepala tanda rasa hormat mereka pada sang tuan. Pria itu berlalu menuju kamarnya yang berada di lantai paling atas, jangan ditanya apakah dia menaiki tangga, tentu saja dia menaiki lift karna lantai empat tidak bisa dibilang dekat .

Begitu pintu dibuka langsung terpampang sebuah kamar dengan ukuran yang sangat luas, tempat tidur ditengah nya, berbagai barang mewah serta balkon yang menampilkan pemandangan yang sangat memukau mata

Pria itu berlalu menuju kamar mandi,Hingga beberapa saat kemudian keluar dengan setelan santai khas rumahan.

"Luis.. "

"Ya tuan, ada yang bisa saya bantu? "

"Bawakan saya secangkir teh" titahnya kemudian mulai berjalan kearah balkon.

Luis yang diperintahkan segera menyuruh maid untuk membuatkan tuannya secangkir teh dan kembali menghampiri dimana tuannya berada saat ini. Tuannya memang sering bersantai di balkon ditemani secangkir teh sekedar menikmati pemandangan yang menyejukkan mata, hal ini seringkali di lakukan sepulang bekerja untuk merileks kan pikiran dan badan yang telah bekerja seharian.

"Luis, apa kau sudah mengirim nya? "

"Sudah tuan"

Setelahnya hanya ada keheningan, hingga beberapa saat kemudian maid datang mengantarkan secangkir teh dan beberapa camilan ringan

"Permisi tuan, ini teh anda"

"Hmm"

Maid yang hanya di balas deheman mengangguk maklum karna tuannya memang begitu irit bicara, setelahnya maid pun pamit undur diri.

"Apa kau sudah menyiapkan semuanya Luis? "

"Sudah tuan, segala keperluan juga sudah saya tata sesuai perintah anda" jawab luis

"Pastikan selalu bersih dan rapi,saya tidak mau ada sedikitpun debu disana,kita tidak tau kapan akan digunakan"

"Baik tuan"

.

Sementara itu kini di kedai mie nenek Hanum, semuanya tengah bersiap siap akan menutup kedai, semua tampak sibuk hingga etensi mereka teralihkan saat mendengar bel pintu berdering tanda ada yang memasuki kedai.

"Maaf kami akan segera tutup... " ucap nenek Hanum

"Ah mohon maaf.... Ada kiriman bunga atas nama Valda... "

Ternyata yang baru saja datang bukanlah seorang pelanggan melainkan seorang kurir. Valda yang merasa namanya disebut pun menghampiri sang kurir.

"Saya Valda" ucapnya menghampiri

"Ini paket untuk anda tuan, kalau begitu saya permisi" setelah menyerahkan kiriman pun sang kurir langsung pergi tanpa memberitahu identitas pengirim paket.

"Terima kasih"

Setelah menerima paket, Valda mendudukkan dirinya di salah satu kursi dan meletakkan paket itu di atas meja dengan netra yang terus mengamati barang yang ada di hadapannya itu.

"Siapa tadi Valda? " tanya nenek Hanum menghampiri Valda

" Seperti biasa nek.. Tulip putih. " mendengar jawaban dari Valda Kening nya berkerut melihat benda diatas meja itu

Tulip putih

Setiap satu minggu sekali valda selalu menerima kiriman berupa buket tulip putih, setiap ditanya siapa pengirimnya sang kurir hanya menjawab tidak tahu, itulah sebabnya Valda tak pernah lagi menanya pengirim buket kepada sang kurir

VALDA ADIWANGSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang