Sembilan belas.

505 70 6
                                    

"Karyawan baru?"

"Iya, Bos."

"Kapan aku mengizinkan untuk buka lowongan?"

"Waktu Kang Dae datang, dia yang memberi wewenang. Katanya, sudah dikonfirmasi oleh Bos Besar."

Seokjin menarik napas dan mengembuskannya dengan tajam. Mengumpat dalam kepala saja karena toh, saat itu dia sedang menjalankan misi. "Ada apa dengan managemen administrasi?"

"Eunbaek memang bisa sendiri, tapi tidak semuanya. Beberapa kali dia kewalahan karena tim audit pemerintah. Sora belum masuk karena ada sedikit masalah kesehatan," terang Hoseok. Dia berdiri dengan pelukan berkas, sementara Seokjin memeriksa salah satunya.

"Cuti melahirkannya sudah berakhir seminggu lalu, bukan?"

"Um, dia memberikan laporan kesehatan sebagai permintaan cuti tambahan."

Seokjin menutup berkas. Menyerahkannya pada Hoseok. "Anaknya baik-baik saja?"

"Dia enggan terbuka, tapi kurasa itu salah satu alasannya."

"Laporan kesehatan itu milik siapa?"

"Lee Sora."

Seokjin mengetik sesuatu, melihat komputer sejenak lalu kembali memeriksa berkas lain. "Aku beri kelonggaran lima hari. Jika tidak, katakan padanya untuk mempertimbangkan pengunduran diri. Tim audit sedang giat-giatnya memberi tugas dan aku tak sudi kau jadi tenaga tambahan di bagian lain. Dia bagus dalam bekerja, tapi aku sedang butuh tenaga nyata di sini. Paham maksudku, Hoseok?"

"Tentu, Bos. Akan kukirimkan surel padanya."

"Baik. Lalu, ini. Lampiran ke dua terakhir butuh direvisi. Berapa kali harus kuberitahu jika penempatan posisi tanda tangan itu krusial? Kalau kutemukan yang begini lagi, kupelintir jarinya. Kerjaan siapa? Yesung?" Seokjin menutup sebuah berkas dengan tidak suka.

"Maaf, Bos. Aku kurang teliti saat menerimanya."

Seokjin menepuk sisa laporan terakhir. "Bawa balik. Kepalaku sakit dan pastikan tidak ada yang kurang sebelum aku turun tangan sekarang juga. Serius. Sudah lama aku tidak memeriksa sendiri lantai dua. Mereka rindu padaku sepertinya."

Hoseok mengangguk-angguk seraya mengambil kembali semua berkas. Dia diminta segera menyelesaikan hal tadi. Seokjin merenggangkan bahu yang tegang lalu berpaling ke layar komputer.

"Soal anak baru itu. Serahkan pada Eunbaek sisanya. Dariku cukup seperti biasa. Beri dia beberapa tugas langsung, lalu laporkan padaku bagaimana hasilnya."

"Baik."

"Dan, terakhir. Tolong buatkan aku latte rendah gula juga pesan hotteok di seberang." Suara ketikan terdengar halus memenuhi ruangan.

"Sekalian makanan berat? Sedikit lagi jam makan siang."

"Dua latte kalau begitu."

"Makanannya ... oh, oke, baik. Akan kupesankan sekarang. Aku takkan lama, Bos." Hoseok mengerut pamit karena Seokjin sudah mendelik ke arahnya yang lalu kembali sibuk menelaah isi komputer.

Sebuah surel masuk. Seokjin meraih gelas kaca berisi air putih. Meminum larutan dingin itu sembari membaca.

Isinya meminta pelaporan hasil kerja selama tiga bulan terakhir. Itu dari Yejoon. Hal yang cukup membuat alisnya berkerut. Walau pun begitu, dilakukannya juga tanpa bertanya.

"Apa Kang Dae memberinya sebuah ide konyol kemarin itu? Hm," monolog Seokjin seraya mengembalikan gelasnya, lalu mulai mengetik.

.

.Cafuné. | NJ √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang