Seokjin memejam sejenak. Pening menganggu di kepalanya sudah menjalar luas sampai terasa sangat menyebalkan. Dia beberapa kali naluriah menekan tombol interkom untuk meminta pada Hoseok sebutir aspirin, tapi lalu ingat jika dirinyalah yang berada di posisi yang sama dan bukan lagi atasan. Dia akan kembali bekerja karena itu dan hanya menelan pahit denyut menyebalkan yang mendera. Alasan lain karena memang susunan jadwal juga segala macam laporan harus dikerjakan sementara si Direktur tidak bertugas di tempat. Sudah nyaris seminggu dia fokus menyibukkan diri dan hanya menghubungi atasannya itu perihal kerjaan.
Namjoon bukan hanya sekali pula mempertanyakan sikap Seokjin yang mendadak dingin, tapi karena tak pernah ditanggapi, seiring jalannya waktu dan kesibukan, semua berjalan seperti seharusnya.
Jadi, sudah tahu apa yang kau inginkan sekarang, Nak? Katakan.
Seokjin mengibaskan kepala, berharap rasa sakit di sana sirna, tapi malah menjadi-jadi. Dia mengumpat kesal karena kembali mengingat pertanyaan itu yang telah dia ketahui jawabnnya.
Namun, takkan mungkin dia jawab tanpa kembali mengecewakan Yejoon.
Seokjin harus menyumpahi dirinya sendiri agar ingat untuk balas budi dan tetap menjalankan semua kesehariannya sebagai dedikasi pada ayah angkatnya itu. Satu-satunya cara agar dia bertahan dan tetap profesional. Hanya saat dia pulang, tak perlu ada yang tahu jika seluruh tungkai di tubuhnya nyaris patah seperti apa yang ada di dalam dadanya.
Kehidupan asmara yang seumur jagung, membuat Seokjin perlahan kesal oleh pandangan penuh tanya Namjoon ketika mereka akhirnya bertemu muka kembali. Deret pertanyaan yang telak benar diucap Namjoon, malah semakin memperburuk ingatan Seokjin atas janji yang telah disanggupinya di hadapan Yejoon.
Mereka tak boleh dekat. Tidak ada yang namanya asmara apalagi cinta.
"Apa yang ayah katakan padamu, Jin? Kumohon jawab dengan jujur." Namjoon masih bertahan memeganginya di koridor. Tak peduli jika siapa saja bisa lewat dan mendengar percakapan mereka. "Apa perlu kutanya langsung ke beliau?"
"Jangan kekanakan, Namjoon. Semua sikapku tak ada sangkut pautnya dengan beliau. Saat itu aku terlalu syok dan tak sadar telah berkata apa padamu, dan setelahnya aku tahu. Bahwa, apa yang telah terjadi hanyalah respon semata. Kau memang menyelamatkanku dan aku sangat berterima kasih untuk itu, tapi soal hubungan, kita hanya sekadar suka biasa. Tidak lebih. Kau pintar dan aku yakin kau paham maksud dari perkataanku."
Namjoon menelisik masing-masing mata bulat Seokjin selama beberapa saat sebelum mengangguk. Dia perlahan melepas pegangan di lengan. "Ya. Tentu. Aku sangat yakin untuk bertanya sendiri pada beliau dan harus segera menghancurkan semua yang dia punya karena telah berani membuatmu seketika berubah begini."
Seokjin mencengkeram lengannya, mencegah Namjoon pergi. "Jangan coba-coba. Dia ayahmu dan -"
"Aku sudah kehilangan ibu karenanya dan itu takkan terulang padamu, Jin." Namjoon melepas jemari di lengannya dan berpaling, tapi Seokjin kembali mencengkeramnya.
Mereka saling keras dengan pendapat masing-masing. Namjoon yang lekas ingin pergi ke mobil yang ternyata telah dijemput Yejoon langsung dari bandara tadi pagi, juga Seokjin yang setengah mati mencegah agar itu semua tak terjadi. Mereka tarik menarik lengan yang untungnya tak sampai menimbulkan keributan di parkiran depan, tempat kendaraan dan Yejoon menunggu. Di sisi lain ada mobil Seungho yang berjaga dengan beberapa anak buah yang mengawasi sekitar.
Ada sebuah truk makanan yang berada tak jauh dari mereka, yang pemiliknya tengah mengatur jualan di sisi lain badan jalan. Salah satu anak buah Seungho mengamatinya sambil lalu, tidak merasa curiga. Dia juga tak sadar jika sebuah jalur bening lelehan bahan bakar cair, telah menjalar menuju lokasi parkiran. Tepat di mana mobil Yejoon berada bersama satu mobil penjaga di sisinya. Baru saat mereka mendengar Yejoon agar lekas menginterupsi cek cok ringan Seokjin dan Namjoon, anak buah Seungho tadi mencium bau khas yang datang dari arah truk.
KAMU SEDANG MEMBACA
.Cafuné. | NJ √
Fanfic[BTS - NamJin] Perjalanan untuk memenuhi ambisi sekaligus pembuktian kemampuan diri, tetapi siapa sangka malah menemukan tambatan dari jalinan asmara yang nyaris tak bisa dipungkiri? . . . Desclaimer : BTS milik HYBE Labels dan diri mereka sendi...