6 | I'm not lowly

2.5K 309 59
                                    

Entah Jimin harus senang atau sedih setelah mendapatkan maaf dari Jungkook dan mereka sudah bisa pulang hari ini juga. Jungkook sudah membaik, kata dokter ia tidak perlu menginap di rumah sakit. Jimin tentu saja senang— karena ia memang tak begitu suka bau rumah sakit.

Namun yang membuat lelaki cantik itu tampak murung ialah ucapan dokter Yoongi yang sampai detik ini masih terbayang - bayang di ingatan.

[ Flashback ]

Jimin sedang menaruh mangkok bekas bubur Jungkook diatas nakas— setelahnya memberi minum kemudian obat pada majikannya.

Selesai dengan memberi makan, Jimin juga tak lupa menyeka tubuh Jungkook yang terasa lengket dengan menggunakan tissue. Dengan pergerakan lambat, Jimin melepas satu persatu kancing baju pasien milik Jungkook.

Mata sipit itu tiba - tiba melotot begitu disuguhi pemandangan-- bolehkan Jimin menyebutnya A view from heaven? ini sangat luar biasa menurut Jimin.

Sebuah kotak tercetak begitu sempurna di balik kain-- Jimin merasa tubuhnya memanas dan sepertinya lelaki itu akan kehilangan kewarasan karna begitu kagum pada tubuh Jungkook.

Helaan napas Jungkook terdengar bersusulan dengan suara jantung Jimin yang sudah tak karuan-- dan suara saliva yang begitu susah rasanya untuk ditelan.

“Kau kenapa memerah begitu? apa sekagum itu kau pada tubuhku? eiiyy aku tahu aku punya perut yang sangat menggoda-- tapi kendalikan dirimu. Air liurmu sampai menetes tuh.” goda Jungkook membuat Jimin semakin memanas. Wajahnya tampak memerah.

“Ge-er saja. Siapa juga yang memerah. Kau tidak lihat aku sedang fokus menyeka tubuhmu? jangan memfitnah ku yang bukan - bukan.”

Jungkook mendesis. “Benarkah kau tidak memerah karena tubuh ku? lalu-- bagaimana dengan ini?”

Grep!

Jungkook menarik kuat tubuh Jimin mendekat, hingga terjatuh tepat di dada bidangnya. Menahan tubuh itu agar tak bergerak, lalu memajukan wajahnya.

“Apa ini belum bisa membuat mu memerah?” bisik Jungkook dengan suara serak.

Jimij susah payah menelan salivanya.

Oh Ayolah.

Jarak sedekat nadi Jungkook bilang belum membuatnya memerah?

Jika saja Jimin lupa sedang dimana dirinya berada, maka dia akan berteriak sekarang juga.

Jimin ingin segera turun dari brankar namun pergerakannya di gagalkan Jungkook yang lebih dulu melumat bibir plum milik lelaki cantik itu hingga membuat Jimin merona seketika.

Jimin melotot. Ia bisa melihat bagaimana Jungkook— lelaki tampan itu begitu menikmati permainan nya sementara dirinya menikmati wajah tampan Jungkook yang ia lihat dari jarak sedekat ini.

Jungkook melepas ciumannya, kemudian menatap netra cokelat Jimin lamat - lamat.

“Bagaimana dengan permainan ciuman ku? apa kau masih bisa menahan gejolaknya?” tanya Jungkook tersenyum jahil membuat Jimin membuang muka. Wajahnya sangat merah bahkan perasaan panas itu menjalar ke telinga- juga jantungnya. “I-Itu belum seberapa, Jimin. Aku masih bisa bermain dengan hal lain kalau aku mau. Sayang sekali, aku tidak napsu dengan seorang pembantu rendahan sepertimu!!”

“Bukankah kau lebih mesum dariku, tuan muda? kau bahkan menyalahgunakan statusmu sebagai majikanku. Kau-- kau benar - benar kurang ngajar!!”

Jimin memekik marah. Bagaimana bisa harga dirinya di permainkan seperti ini.

“Dan jangan salah sebut, aku pengasuh bukan pembantu!!”

“Bagiku sama saja tidak ada bedanya. Toh,
kamu bekerja mengerjakan semua yang dikerjakan seorang pembantu, jadi bagiku sama saja!!”

Bayi KelinciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang