21 | If the World Was Ending?

1.7K 194 50
                                    

Apa yang bisa kita lakukan Jika dunia berakhir?

Nothing!

Sama halnya dengan hubungan Jimin dan Jungkook. Tidak ada yang bisa Jimin lakukan untuk menyelamatkan hubungannya dengan Jungkook. Seberapa kuat pun Jimin berjuang jika Jungkook masih mencintai Lalisa, hal itu tidak akan pernah bisa membawa perubahan apapun dalam hubungan keduanya.

Lalisa terlalu berharga untuk seorang Jungkook.

Sementara Jimin?

Oh ayolah.

Siapa yang akan memperdulikan orang baru lalu melepaskan orang yang sudah bertahun-tahun menemani hidupnya?

Dibandingkan dengan Jimin— Lalisa tentu saja segalanya untuk Jungkook. Dan Jimin cukup sadar diri dengan posisinya. Ia hanya orang asing yang memiliki hidup terlalu menyedihkan, lalu datang malaikat baik hati seperti nyonya Seokjin memberi kehidupan dan pekerjaan untuk dirinya.

Salahnya— Jimin terlalu cepat menjatuhkan hatinya pada Jungkook. Hingga berakhir menyedihkan— dan asing sendirian.

“Jimin sayang, kau tidak apa-apa, nak?” tanya Seokjin begitu ia menemukan Jimin yang tampak galabah, duduk di kursi penumpang.

Jimin yang mendapatkan pertanyaan seperti itu tentu saja langsung menggeleng— Jimin berusaha menyembunyikan kesedihan dalam hatinya di depan mertuanya. Setidaknya untuk saat ini, Jimin sungguh tidak ingin menangis lagi karena kembali mengingat Jungkook yang tega meninggalkan dirinya di The first night mereka.

Bagi Jimin— sudah cukup air matanya mengalir karna Jungkook. Lelaki itu bahkan tak pantas ditangisi olehnya. Terlebih setelah ia berhasil mengacaukan perasaan-nya juga menghancurkan hati lelaki cantik itu.

Sungguh tidak adil rasanya, jika yang menangis dan tersakiti hanya dirinya seorang. Sementara Jungkook dengan tenang menikmati permainan-nya.

Sialan!

“Nee, eomoni. Aku tidak apa-apa. Memangnya kenapa eomma?”

Ani. Eomma hanya merasa aneh saja melihatmu diam, cantik. Biasanya kan kamu ceria dan sangat suka cerita. Melihat kamu tiba-tiba diam seperti ini membuat eomma khawatir, sayang.” ucap Seokjin sekenanya.

Jimin mengulas senyum. “Tidak eomma. Aku hanya lelah saja, jadi aku diam. Eomma tidak perlu khawatir. Semuanya baik-baik saja. Ah— eomoni, boleh kan aku menginap di rumah eomma malam ini? hanya untuk malam ini saja. Aku ingin merasakan menginap di rumah mertua, hehe.” bohong Jimin. Padahal bukan itu tujuan utama Jimin meminta izin untuk menginap di rumah mertuanya. Itu hanya alibi agar ibu mertuanya memberikan izin.

Kedua alis Seokjin saling bertautan. Ibu cantik itu tampak kebingungan.

“Kalian bertengkar, hm?” tuding Seokjin membuat Jimin tersedak air liurnya sendiri.

Tak ingin membuat ibu mertuanya khawatir, Jimin lantas menggeleng cepat.

Ani. Aku dan Jungkook tidak bertengkar, eomma. Kami baik-baik saja, kok.” ucap Jimin masih tak mengaku juga.

“Lalu kenapa kamu ingin menginap sendirian jika tidak sedang bertengkar, sayang-ku? kenapa tidak mengajak Jungkook juga sekalian biar kita bisa kumpul bareng sama appa juga
cantik—

“... Kamu jangan membohongi eomma, sayang. Kuakui eomma baru bertemu denganmu dan tentu saja eomma belum bisa tahu segalanya tentangmu. Tapi dibandingkan Jungkook, rasanya kau jauh lebih dekat denganku, Jimin. Aku bisa merasakan kesedihan teramat sakit dari sorot matamu, cantik. Jadi please, bagikan sedihmu juga pada eomma. Jangan hanya senyuman ceriamu yang selalu kau tampakkan di depanku. Ceritakan juga sedihmu, biarkan eomma mendengarnya, sayang. Eomma tidak ingin kau sedih seorang diri, hm?”

Bayi KelinciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang