8 | Still Acting? u stupid!

2.4K 285 54
                                    

[ TIBA DI APARTEMEN ]

Jimin melesat masuk ke dalam kamar, mengabaikan Jungkook yang memintanya dibuatkan kopi. Jimin bukannya ingin melepas tanggungjawab sebagai pengasuh atau pembantu, hanya saja ia benar - benar butuh istirahat untuk fisik juga hatinya sekarang juga.

Setelah dicium Jungkook— Jimin mendadak bungkam dan tidak ingin bicara banyak dengan lelaki itu lagi. Bahkan Jimin seperti ingin menjaga jarak dengannhya— ya meskipun terdengar mustahil, karena Jimin yang memang tinggal seatap dengan Jungkook.

Jimin membaringkan tubuhnya di atas ranjang, membiarkan mata indah itu terlelap dan melupakan kejadian hari ini yang menyiksa batinnya.

Sementara Jungkook?

Lelaki tampan itu justru sedang kebingungan menatap Jimin yang tak mengacuhkan perintahnya.

“Dia kenapa? hanya karna aku menciumnya, dia sampai marah seperti itu? tsk! dasar baperan!” Jungkook melesat ke kamarnya kemudian memutuskan istirahat.

[ Jam Dua Dini Hari ]

Jimin terbangun dari tidurnya setelah merasakan tenggorokannya yang sakit
juga suhu tubuhnya yang berada 39 derajat celcius. Kepala Jimin sangat sakit, tubuhnya juga lemas dan berkeringat juga mengigil.

Jimin demam.

Dan Jimin butuh air putih saat ini juga.

“Awh! kepala ku sakit sekali ... dan ah! dingin! disini dingin sekali. Aku butuh selimut ku di lemari. Tapi aku juga haus.”

Jimin berusaha bangkit dari ranjang dengan tubuh lemah— untuk ke dapur. Jimin dengan langkah gontai membawa langkahnya perlahan, membuka kulkas lalu meraih satu botol air minum di dalam sana-- sebelum botol di tangan terlepas,

Kemudian ~

Bruk!

Bukan botol yang jatuh, tapi justru tubuh Jimin yang jatuh ke lantai dengan meringis menahan sikut nya yang memar setelah terkena ujung dari kitchen counter.

“Yaa!! kau kenapa?? kenapa malah tidur disini? apa kau bosan menggunakan ranjang sampai memilih baring di—
Astaga!  Jimin tubuh mu panas sekali. Kau demam!!” panik Jungkook segera membawa Jimin kembali ke kamar.

Tiba di kamar, Jungkook dengan cepat membaringkan tubuh lemah Jimin ke ranjang— lalu menyusul naik ke ranjang saat merasakan tubuh yang mengigil hebat saat di menggendong Jimin tadi.

“D-Dingin,” lirih Jimin.

“Aku akan memelukmu, Jimin. Dan kau bisa memelukku seerat yang kau mau malam ini. Tenangkan dirimu, jangan banyak bergerak nanti demam mu semakin parah, eoh?”

Jimin hanya mengangguk lemah, lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jungkook. Bahkan— lelaki dengan netra cokelat itu menyempatkan menatap Jungkook sekilas-- sebelum akhirnya kembali terlelap.

Sementara Jungkook— lelaki tampan itu memainkan anak rambut milik Jimin, mengelus permukaan wajah si cantik, sebelum akhirnya kembali memberanikan diri mengecup pucuk kepala Jimin dengan lembut.

“Sudah kubilang luka di tangan mu itu yang terakhir, kenapa malah mendapatkan luka baru lagi? kau memang ceroboh, Park Jimin!” gerutu Jungkook, mengelus surai hitam milik Jimin. “Aku ingin memarahimu supaya tak ceroboh lagi, tapi aku tidak tega. Ah, bukan tidak tega— tapi aku tidak mau membuatmu sedih lagi saat aku memakimu. Begitu kan yang kau maksud setiap aku bicara dengan mu kau selalu mengira aku membentak atau memakimu? padahal tidak-- aku hanya akting. Biar bisa dekat kamu terus, hihi. Apa aktingku terlalu bagus sampai kau tidak bisa menyadarinya, Jiminie?”

Bayi KelinciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang