[1] Kendall

8.5K 527 40
                                    

Nina's POV

Aku terbangun ketika sinar matahari menerpa wajahku melewati jendela kamar. Kamar ini adalah kamar Harry, suamiku. Baru semalam aku tidur di kamarnya. Kami baru menikah kemarin, lebih tepatnya terpaksa menikah karena paksaan dari orang tua kami. Dan sampai saat ini, kami sama sekali tidak mengetahui apa alasan mereka menjodohkan kami.

Aku dan Harry telah saling berjanji. Setelah dua tahun pernikahan kami, kami akan memutuskan untuk bercerai. Tentu saja perjanjian ini tanpa sepengetahuan orang tua dan keluarga kami.

Sebetulnya Harry orang yang baik namun terkadang ia keras kepala dan memiliki tingkat kegengsian yang tinggi.

Contohnya saja pada hari pemilihan gaun untuk pernikahan kami. Saat itu aku sedang mencari gaun yang bagus dan cocok untukku, sambil bersenandung menyanyikan lagu 'Heart Attack' dari Demi Lovato. Harry memarahiku karena menurutnya lagu itu sangat bodoh serta ia tidak menyukainya dan menyuruhku untuk diam. Namun ketika kami pulang menuju rumah, aku mendengar ia bersenandung menyanyikan lagu itu. 'Aku tidak menyanyikan lagu bodoh itu! Tadi aku menyanyikan lagu yang lain! Memang nadanya agak sedikit mirip, kau tahu!' Itu yang ia katakan ketika aku menegurnya.

Aku jelas-jelas mendangarnya tadi. Katakan saja kalau memang lagu itu bagus. Dasar Raja Gengsi!

Tapi ia adalah penerus dari beberapa saham keluarga Styles!

Aku bangkit untuk duduk dan menguap.

"Akhirnya kau bangun juga. Sudah sejam lebih aku menunggumu bangun!" ucap seseorang di sisi lain kasur.

Dari nada bicaranya yang tinggi dan kekanak-kanakan, aku tahu siapa pemilik suara itu.

Aku menolehkan kepalaku untuk melihat Harry yang sedang berbaring di sampingku hanya dengan mengenakan celana boxernya, menunjukkan banyak tato di tubuhnya. "Kenapa kau harus menungguku?" aku bangkit dari kasur menuju lemari bajuku.

Harry ikut bangkit dan mulai mengenakan kaos berwarna putih "Aku lapar sekali, kau tahu?" 

"Aku tidak tahu." jawabku meledeknya sambil mengambil handukku.

"Sudah cepat bersihkan dirimu, lalu buatkan aku sarapan." balasnya sambil keluar kamar dan menutup pintu.

Aku pun masuk ke kamar mandi pribadi. Setelah dua puluh menit membersihkan diri aku keluar dari kamar mandi pribadi dan mengenakan pakaian santaiku, sebuah kaus biru muda dan juga celana short sebagai bawahannya.

Berjalan menuruni tangga, aku menemukan Harry yang sedang menonton televisi di ruang tengah. Aku melanjutkan langkahku ke arah dapur tanpa menggubrisnya.

Setelah melihat sisa bahan-bahan yang ada di dalam kulkasnya, aku memutuskan untuk membuat sosis dan bacon untuk sarapan. Sejujurnya aku tidak terlalu mahir dalam bidang memasak.

Ketika aku sedang memasak, aku melihat Harry mematikan televisi dan menaiki tangga menuju kamar. Kurasa ia akan membersihkan dirinya.

Setengah jam berlalu, masakanku pun sudah matang.

Aku mulai menyajikan makanan di meja makan "Harry, sarapannya sudah siap!"

Harry turun dari tangga dan menghampiri meja makan. "Harum sekali. Kuharap masakanmu bisa dimakan." ucapnya sebelum duduk di kursi. Ia mengenakan kaos hitam dan jeans.

"Diam atau aku akan memakan jatah sarapanmu." balasku sambil menyantap baconku.

Harry menatap ke arahku. "Hey, Apa aku tak salah dengar? Ini rumahku dan kau memasak dengan bahan-bahan yang ada di dalam kulkasku." ia menyantap baconnya dengan kasar dan memutar bola matanya.

Don't Forget Where You BelongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang