[2] Alex

4.3K 435 28
                                    

Nina's POV

Aku, Harry dan Kendall sedang makan malam di ruang makan sekarang. Meja makan ini berbentuk persegi empat dengan empat kursi di sekelilingnya, dan sekarang aku seakan duduk diantara Harry dan Kendall.

Aku hanya menundukkan kepalaku saat makan karena risih terhadap tatapan yang Kendall berikan. Tatapan yang mengejek, menjatuhkan dan juga menjijikan. Namun ketika aku mengangkat kepalaku, aku bisa melihatnya menatap Harry dengan senyuman yang aneh.

"Jadi kau dan dia telah saling berjanji untuk bercerai suatu saat nanti?" tanya Kendall pada Harry.

Harry terkejut setelah mendengar pertanyaan dari Kendall.

Mengapa ia bertanya seperti itu? Jelas-jelas aku berada di meja makan yang sama dengannya. Sopan sekali wanita ini, pikirku. Dan dari mana ia tahu bahwa kami telah saling berjanji?

Harry menatapku, aku pun membalas tatapannya. "Y-Ya." jawab Harry singkat.

"Sampai kapan kau akan melepas statusmu sebagai suaminya?" tanya Kendall lagi sebelum menyuapkan makanan ke mulutnya. Ia terlihat santai pada saat membicarakan hal yang serius seperti ini.

"Mungkin dua tahun." balas Harry.

Kendall tersenyum pada Harry. "Apa kau yakin kau akan tahan dengannya selama dua tahun?"

Aku bangkit dari kursiku diikuti oleh tatapan Harry dan Kendall.

"Guess I'm done." ucapku, mengambil sebuah tissue dan mengusapnya di sekitar bibirku.

Harry menatapku bingung dan Kendall tersenyum kecil.

Aku menatap Harry dengan kesal "Aku... sudah kenyang. Benar-benar kenyang." lanjutku sambil menggumpal tissue itu dan membuangnya ke meja makan, lebih tepatnya ke piringku yang masih penuh dengan makanan..

Lalu aku pergi ke kamar, meninggalkan ruang makan yang membuatku gerah saat berada di dalamnya bersama dua orang bodoh itu. Menyebalkan sekali karena sejujurnya aku masih lapar.

Aku berbaring di dalam kamar dan menyalakan televisi. Selama hampir setengah jam aku menonton televisi itu.

Tiba-tiba Harry masuk ke dalam kamar. "Tidak sopan bersikap seperti tadi di depan tamu, kau tahu?" ia memarahiku.

"Tidak sopan bertanya seperti itu kepada suami orang di depan istrinya, kau tahu?" ucapku dengan nada tinggi yang sama dengannya.

"Maafkan Kendall." nada suaranya mulai rendah.

"Kalau begitu katakan padanya 'Maafkan Nina'." ucapku memutar bola mataku ke televisi kembali.

Harry tidak membalas ucapanku. Ia malah duduk di pinggir kasur, di seberang sisi tempatku berbaring.

"Jangan mendekam disini. Kau harus menjamu tamumu itu, Harry." ucapku sarkastik.

"Jangan mendekam disini. Kau harus mencuci piring kotor, Nina." balasnya sambil bangkit. "Aku tidak ingin banyak lalat di ruang makanku." lanjutnya sebelum keluar dari kamar dan menutup pintu.

Lelaki menyebalkan!

Aku mematikan televisi dan pergi ke arah dapur―yang juga searah dengan ruang makan―untuk mencuci piring. Dan ku dapati Harry dan Kendall sedang duduk di sebuah sofa, menonton televisi di ruang tengah. Tangan Harry terlihat merangkul pundak Kendall. Aku membuang muka dan terus melanjutkan langkahku.

Sesampainya di ruang makan, aku mulai membereskan piring-piring kotor.

"Harry, aku jadi teringat masa-masa saat kita berlibur di Hawaii!" ucap Kendall manja dan sedikit berteriak. Pasti ia sengaja agar aku bisa mendengarnya dari ruang makan.

Don't Forget Where You BelongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang