Nina's POV
Alex melepas tanganku dan membantuku duduk di pinggir kasur.
Lagi, semua orang keluar dari kamar ini meninggalkan aku dan Harry berdua di sini.
Aku mengatur napasku yang tersenggal-senggal. Tenggorokanku terasa sedikit sakit akibat teriakan-teriakan hebatku tadi.
Harry berjalan menghampiriku dan berhenti tepat di hadapanku.
Aku mendongak untuk melihat wajahnya.
"Terima kasih telah mencoba membuatku ingat, Nin. Tapi sungguh aku tak mampu mengingat apapun." ia menjambak-jambak rambut frustasi. "Aku tidak mencintaimu. Mungkin aku pernah, tapi untuk saat ini aku mencintai Kendall."
Tentu saja ia mencintai Kendall saat ini karena memorinya terulang lagi ke waktu kami baru saling kenal.
Aku sangat membenci hidupku saat ini. Aku ingin mati saja.
"Aku sudah membicarakan ini dengan semuanya dan semuanya setuju, kita akan bercerai. Jika kau tidak ingin menceraikanku, biar aku saja yang menceraikanmu. Aku minta maaf. Dan terima kasih atas semuanya, Nin." suaranya terdengar sangat datar.
Bagaimana ia bisa berkata dengan santainya, sementara tadi aku berteriak-teriak memohon padanya.
"Aku yang telah membangunkanmu dari koma, Harry." air mataku menetes lagi. "Aku tidak menyangka inilah balasan yang ku dapat setelah menunggumu dan menjagamu sekian lama. Aku mencintaimu, Harry. Ku mohon jangan ceraikan aku." aku menunduk sambil menangis.
Ku rasakan tangan Harry menyentuh puncak kepalaku. Ini semakin membuatku menangis.
"Maaf, Nin. Aku akan tetap menceraikanmu. Aku akan segera menikahi Kendall. Aku yakin kau bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik dariku."
Dengan itu ia mengusap kepalaku pelan lalu keluar dari kamar.
Beberapa menit aku menangis, tiba-tiba seseorang memasuki kamar. Itu Dad, Ayah Harry. Ia menghampiriku lalu memelukku, aku pun memeluknya erat.
"Dad, Harry akan segera menceraikanku." aku menangis dan merengek padanya.
Ia mengusap kepalaku lembut. "Ya, aku minta maaf karena telah menjodohkanmu dengan Harry. Aku tak pernah menyangka semuanya akan seperti ini jadinya."
Aku melepas pelukannya. Dan menatapnya bingung. "Kenapa kau meminta maaf? Kau menganggap itu adalah sebuah kesalahan? Kau menyesal karena telah menjodohkanku dengan Harry?"
"Bukan begitu maksudku. Aku minta maaf padamu karena telah membawamu memaksamu bersama dengan Harry hingga sejauh ini."
Ku rasa Dad juga telah berpihak pada Anne, Gemma dan Kendall. Siapa lagi yang akan membelaku sekarang?
Alex.
Aku akan pergi dari sini. Harry akan segera menceraikanku. Aku tidak pantas berada di sini lagi.
Aku pun mendorong Dad pelan agar ia menjauh, lalu aku melangkahkan kakiku mencari di mana letak koperku.
Setelah menemukannya aku segera memesukkan pakaian juga barang-barangku ke dalamnya.
"Kau tidak perlu pergi dari sini, Nin. Kami tetap menerimamu di sini." suara Dad terdengar lagi.
Apa dia gila? Aku sungguh tak sudi tinggal dengan sebuah keluargaa yang selalu menjelekkanku.
Menutup resleting, aku menoleh pada Dad. Aku mengusap air mataku.
"Terima kasih banyak. Aku tidak memerlukan tumpang darimu." aku tersenyum kecut padanya lalu melangkah keluar kamar membawa koperku.
Menuruni tangga, aku menemukan Anne, Gemma, Kendall, Harry dan Alex tengah duduk di sofa. Mereka semua menoleh padaku lalu bangkit dari sofa.
"Alex, ayo kita pergi dari sini." aku membuka mulutku.
Alex menghampiriku diikuti oleh Harry.
"Kau bisa tinggal di sini jika kau mau." ucap Harry.
"Tidak. Terima kasih." aku segera merangkul Alex.
Ketika hendak melangkahkan kaki keluar rumah, suara Dad terdengar lagi.
"Nina!" ia berteriak dengan sangat keras.
Aku tidak pernah melihatnya seperti itu.
Aku melepas rangkulanku di tangan Alex dan berbalik menghadapnya yang tengah berdiri di samping Harry.
"Aku adalah sahabat dari Ayahmu. Tidak mungkin aku membiarkanmu pergi begitu saja! Sekarang ke mana kau akan pergi?" Ia melototiku.
"Kau tidak perlu tahu. Aku sudah dewasa. Aku tahu kemana aku akan pergi. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan sering berkunjung." jawabku meyakinkannya.
Tidak akan pernah lagi aku menginjakkan kaki di sini, batinku.
Aku melirik Harry sinis. "Kutunggu surat gugatan cerai darimu." aku mengangguk.
Mereka ―Dad, Harry, Anne, Gemma dan Kendall― tak berkutik sedikit pun.
Maka aku langsung menarik Alex keluar dari rumah ini.
***
Alex mengantarku ke sebuah restoran karena aku yang memintanya.
Dan aku telah makan banyak sedari tadi. Alex hanya memandangiku bingung. Tidak biasanya aku makan sebanyak ini.
Mungkin karena selama empat bulan aku menunggu Harry, aku jarang makan. Atau mungkin karena kini aku sedang patah hati, mengetahui bahwa Harry akan menceraikanku dan segera menikahi Kendall.
Aku sungguh pasrah sekarang. Ini benar-benar melenceng dari naskah yang kubuat. Biarlah. Biar saja Harry menulis naskahnya sendiri.
"Aku sudah kenyang." ucapku seperti mengeluh pada Alex yang sedari tadi duduk di hadapanku dan memandangiku.
"Kau ingin ke mana sekarang?" tanyanya.
Aku mengangkat pundakku dan memejamkan mata sejenak. Aku tak tahu aku akan ke mana sekarang.
Alex menghela napas panjang dan bangkit dari kursi.
"Ayo kita pulang ke flatku."
"Lex, aku tidak punya uang." keluhku padanya.
"Sudah ku bayar semua biaya makanmu."
Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan kami, yaitu pulang ke rumah Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Forget Where You Belong
FanfictionHarry Styles dan istrinya, Nina Styles, berusaha untuk saling mencintai satu sama lain namun selalu terhalang oleh kehadiran orang lain. Ketika mereka mulai berhasil mencapai tujuan mereka, sesuatu menghalangi mereka lagi. Bagaimana cara mereka memp...