[3] Yelling & Begging For Lunch

3.9K 423 29
                                    

Nina's POV

Aku mempersilahkan Alex masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Harry pun duduk di seberang sofa tempat Alex duduk.

"Lex, kau ingin meminum sesuatu? coffee or tea or something?" tanyaku.

Bisa kulihat Alex dan Harry saling bertatapan. Tatapan mereka sangat keji satu sama lain, menurutku.

"Apapun." jawab Alex singkat tanpa menoleh padaku dan terus menatap mata Harry.

Aku mulai melangkahkan kakiku menuju dapur. "Okay."

Tiba-tiba Harry menegur. "Istriku, kau tidak menawariku?" sama seperti Alex, Harry tak memalingkan wajahnya dari Alex.

"Apa yang kau inginkan, Harry?" tanyaku kesal. Kesal karena diantara mereka―Harry dan Alex―tak ada satupun yang menoleh padaku.

"Apapun." jawab Harry dengan gaya yang sama dengan jawaban Alex.

Aku berjalan ke dapur dan membuatkan tiga teh untukku, Harry dan Alex. Aku tak bisa melihat mereka, namun aku bisa mendengar perbincangan mereka dari dapur.

"Jadi kau yang bernama Alex." ucap Harry.

"Jadi kau yang bernama Harry." balas Alex.

"Sudah berapa lama kau mengenal Nina?"

"Yang pasti aku lebih dulu mengenalnya daripada kau."

"Betapa beruntungnya aku. Baru mengenalnya, sekarang sudah menjadi suaminya."

Astaga Harry. Aku sungguh ingin menampar wajahmu saat ini. Aku sengaja berlama-lama di dapur, aku masih ingin tahu apa saja yang akan mereka bicarakan jika sedang empat mata begini.

"Kalau begitu selamat untukmu." ujar Alex.

Aku dengar Harry terkekeh.

"Sebaiknya kau menjaga jarakmu dari Nina. Sekarang dia adalah istriku."

"Tapi aku adalah sahabatnya."

"Dan aku adalah suaminya."

"Kau menikahinya bukan atas dasar cinta, bung."

"Ini bukan soal cinta, tetapi soal status."

Tiga cangkir teh pun sudah selesai dibuat. Aku langsung membawanya ke ruang tamu.

Saat aku sampai di ruang tamu, dan wow, mereka masih bertatapan. Aku menaruh ketiga teh itu di meja.

Tiba-tiba Harry bergeser dari sofanya dan mengisyaratkan aku untuk duduk di sisinya sambil tersenyum padaku.

Keningku mengkerut melihat sikapnya yang langka itu. Aku terdiam sejenak, namun Harry segera menarik tanganku sehingga aku terduduk di sampingnya.

Alex terlihat membuang muka dariku dan Harry.

Harry langsung menyambar secangkir teh dari meja. "Ceritakan padaku, kapan dan bagaimana kalian bertemu?" tanya Harry sebelum meneguk isi cangkir itu.

Ya tuhan, aku sama sekali tidak ingat bagaimana aku dan Alex bertemu untuk yang pertama kalinya. Sungguh. Aku hanya menikmati masa-masa ketika aku menjadi sahabatnya. Aku begitu menyayangi Alex. Aku menganggapnya seperti kakakku sendiri karena ia selalu membantu memecahkan masalahku dan juga membelaku di depan banyak orang ketika di High School dulu.

Setelah lama menunggu, akhirnya pertanyaan Harry terjawab oleh Alex.

"Kita mendapat tugas Bahasa Inggris dan kita satu tim saat itu." jawab Alex.

Ah, ya. Alex benar. Itulah pertama kalinya kita saling menyapa dan berbicara.

Harry mengangguk setelah mendengar jawaban Alex. "Oh ya. Apa pekerjaanmu sekarang, bung?"

Don't Forget Where You BelongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang