[21] Disaster

2.7K 354 11
                                    

Nina's POV

Aku terbangun ketika mendengar suara dentingan. Sepertinya seseorang sedang memasak di dapur.

Aku meraba kasur dan tak menemukan Harry di sana. Maka aku duduk dan memandang ke sekitar kamar ini mencari sosoknya. Namun kosong, hanya ada aku di ruangan ini.

Aku pun tersadar bahwa aku tak mengenakan sehelai benang pun saat ini. Ya, semalam rencana Harry berhasil. Aku telah melakukan hubungan intim dengannya.

Aku tersenyum mengingat kegiatan kami semalam. Itu adalah kali pertamanya untukku dan aku senang bahwa aku melakukannya bersama Harry. Aku sangat mencintai Harry dan begitu pun sebaliknya.

Aku membungkus tubuhku dengan selimut putih yang ada di atas kasur dan berjalan menuju meja rias. Aku menduduki kursinya dan menatap diriku sendiri di cermin.

Dapat ku lihat beberapa bekas merah di sekitar leherku akibat perbuatan Harry semalam. Namun aku tidak terlalu menghiraukan itu. Yang ada dipikiranku saat ini hanyalah, aku terlihat lebih cantik dan dewasa. Apakah ini hanya sugesti? Karena aku telah sering mendengar ada banyak perubahan yang terjadi pada tubuh wanita yang sudah pernah melakukan seks.

Aku juga merasa bibirku sedikit lebih tebal da nada sebuah lekukan di tengah bibir bawahku. Secepat itukah perubahan yang terjadi?

Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar dan masuk. Itu Harry.

Ia membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat dua buah cangkir. Ia tak mengenakan atasaan, hanya mengenakan celana boxer berwarna putih. Membuat tattoo di tubuhnya jelas terlihat.

Harry menutup pintu dan berjalan ke arahku dengan senyuman yang menunjukkan lesung di pipinya. Oh, ini manis sekali.

"Good morning, wifey." suara seraknya terdengar.

Aku tersenyum setelah mendengar panggilannya untukku.

"Apa yang kau bawakan?" tanyaku sambil melihat nampan yang ia bawa.

Ia berhenti tepat di hadapanku lalu menaruh nampan itu di atas meja rias. "Teh pagi untuk istriku tercinta." Ia mencium puncak kepalaku dan kemudian berjongkok di hadapanku.

Posisiku lebih tinggi darinya karena aku masih duduk di kursi ini. "Terima kasih suamiku tercinta." aku tersenyum dan sedikit merapihkan rambut keritingnya.

Harry terus menatapku dengan tatapan hangatnya. "Aku memasak sarapan untuk kita."

"Oh, kau adalah suami idaman." aku memujinya.

"Aku tahu itu." Ia terkekeh. Lalu mendekatkan wajahnya dengan wajahku.

Aku pun mulai mendekat dan kurasakan tangannya menyentuh pinggangku. Maka aku menggelayutkan tanganku di lehernya.

Posisiku yang lebih tinggi membuatnya harus sedikit mendongak agar wajahnya sejajar dengan wajahku.

Dan kemudian untuk beberapa saat kami berciuman. Ciuman kami lumayan 'ganas' namun dengan cepat aku menarik wajahku ketika kurasa tangan Harry menyentuh bokongku.

Aku tak ingin bercinta dengannya sepagi ini. Tidak akan, setelah semalam ia telah 'menjerumuskanku' dalam permainannya. Aku sungguh lelah jika harus terus melayaninya. Aku tidak sekuat itu.

Harry pun menarik wajahnya. "I'm sorry." ucapnya dengan wajah bersalah.

Dengan cepat aku memotongnya. "No, no, no. Itu bukan salahmu." Aku mengusap pipinya lembut untuk menenangkannya.

Ia tersenyum kecil dan mencium pipiku singkat. "Minumlah tehnya."

Aku pun mengambil salah satu cangkir dan menyesap teh di dalamnya.

Don't Forget Where You BelongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang