[9] Liam or Harry?

2.9K 410 10
                                    

Harry's POV

"Why not?" jawab Nina.

Liam tersenyum lebar.

Mulutku menganga setelah mendengar jawabannya. "Wha- Nin, Kau menerima ajakannya!?"

"Ya. Why?" Nina menatapku bingung.

Mengapa, Nin? Mengapa...? Batinku sambil menatapnya kesal.

Seakan mendengar isi hatiku, Nina pun menjawab. "Kau akan pergi besok malam dan aku sendirian di rumah. Aku bosan, Harry."

Ck, bagaimana ini. Mana mungkin aku membiarkannya pergi bersama lelaki murah senyum ini. Aku tidak mau Nina terpikat olehnya.

Tapi di sisi lain aku juga tak bisa membatalkan janjiku dengan Taylor. Aku tak mampu menolak rayuannya.

"Terserah kau saja." jawabku dan melanjutkan makan siangku.

***

Keesokannya, aku berjalan melewati ruang tengah, tempat dimana Nina sedang menonton televisi. Ku rasakan ia menoleh ke arahku selagi aku menuju pintu utama.

Dan benar saja, ia langsung bertanya padaku. "Kau mau kemana?" serunya agar aku bisa mendengarnya.

Aku menghentikan langkahku. "Aku ada janji dengan Tay- um, dengan rekan kerjaku. Urusan kantor."

"Ku kira kau akan pergi malam nanti. Ini baru jam empat sore."

"Ya. Aku lebih suka datang lebih awal." ucapku sebelum keluar dari rumah dan menutup pintu.

Sebenarnya aku sudah berjanji pada Taylor untuk menemaninya ke salon. Entahlah, ia bilang bahwa ia ingin terlihat cantik nanti malam.

Nina's POV

Aneh sekali. Kemarin Harry bilang akan pergi malam hari. Tapi sekarang baru jam empat dan dia sudah pergi. Sungguh, aku kesepian.

Tiba-tiba ponselku bordering menandakan adanya pesan masuk.

From : Liam

Kau sudah siap untuk nanti malam?

Aku tersenyum membaca pesan darinya. Entahlah, aku merasa senang.

To : Liam

Tentu. Aku sudah menyiapkan gaun dan make up yang nanti akan kukenakan. Bagaimana denganmu?

From : Liam

Aku selalu siap. Haha. Sungguh tidak sabar untuk nanti malam.

To : Liam

Bersabarlah dan persiapkan jantungmu agar tidak lepas dari tempatnya setelah melihatku berdandan nanti.

From : Liam

Oh ya! Aku tak pernah melihatmu berdandan, Nin. Tapi kau sudah terlihat cantik tanpa mengenakan make up.

To : Liam

Jangan menggodaku, Liam. Sudah, ya? Aku tak ingin mengganggu pekerjaanmu.

From : Liam

Aku santai hari ini, Nin. Kau tidak mengangguku sama sekali. Andai saja kau tahu, sedari tadi aku ini tersenyum-senyum ketika ponselku bergetar dan menemukan namamu di layarnya.

Andai kau juga tahu bahwa aku sedang berguling-guling kesenangan di sofa ini karena pesanmu, Liam. Batinku.

To : Liam

Kau berlebihan. Ingat Liam, aku sudah menikah. Jangan coba merayuku. Hahaha.

From : Liam

Don't Forget Where You BelongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang