Nina's POV
Sudah dua minggu berlalu setelah Harry berbincang dengan Taylor di ruang tamu kala itu.
Sikap Harry akhir-akhir ini mulai berbeda. Ia selalu sibuk mengetik sesuatu di ponselnya serta sering menerima telepon dan menjauh dariku untuk berbincang di teleponnya. Ia juga sering kali pulang telat dari jam makan malam dengan alasan yang tidak jelas. Dan kuyakini ini semua ada hubungannya dengan Taylor. Pasti.
Aku tak bisa berbuat apapun karena aku sadar pernikahan ini hanya untuk membahagiakan orang tua kami, aku bukan siapa-siapa Harry. Sedangkan Taylor terlihat lebih spesial di matanya. Aku bisa lihat itu.
Alex selalu mendengarkan ceritaku tentang Harry, walaupun terkadang ia kesal terhadap perlakuan Harry padaku. Tapi ia sahabatku, ia pasti akan membelaku.
Aku pun telah mulai membuat naskah film untuk Liam dan aku harus bekerja keras karena Liam mempersingkat tempo yang ia berikan padaku. Ya, ia meminta naskahnya selesai dalam waktu dua bulan dan aku harus terima itu karena ia memberi alasan yang jelas. Ia mengatakan bahwa film di pasaran akan 'kosong' tahun depan dan itu kesempatan emas untuk menarik perhatian pecinta film layar lebar, maka kami akan merilis filmnya tahun depan. Kurasa aku sanggup melakukan ini.
Aku sudah empat kali memberi naskah kepada Liam dan ia sangat menyukai konsep ceritaku.
Dan sekarang aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke PH-nya lagi untuk memberi naskah kelima kalinya.
Tiba-tiba suara Harry terdengar. "Nin, kau belum membersihka-" ia berada di depan pintuku sekarang. "Kau kelihatan rapih. Kau ingin pergi?"
Harry memang tidak pergi ke kantornya karena ia bilang akhir-akhir ini ia tidak terlalu sibuk dalam pekerjaannya di kantor. Tapi kenapa kau selalu pulang telat?, batinku.
"Ya." balasku singkat tanpa menoleh padanya sambil memakai sepatu.
Ia berjalan mendekat dan duduk di pinggir kasurku. "Kau mau kemana?"
"Aku harus memberikan naskah pada Liam."
"Kau baru memberinya naskah? Bukankah ia pernah bilang agar kau memberi naskah padanya-"
"Ini sudah yang kelima kalinya aku menyerahkan naskah padanya, Harry." potongku. Aku tahu pasti ia akan mengoceh panjang lebar.
"Oh." ia mengangguk. Lalu tiba-tiba ia mengerutkan keningnya. "Jadi diam-diam kau sering menemui Liam?"
Aku sangat bingung dengan perubahan moodnya. "Y-Ya. Dia produserku."
"Jika kau ingin menemuinya, kenapa kau tidak memberi tahuku!?" ia berteriak.
"Kenapa aku harus memberi tahumu?"
"Aku ini suamimu dan kau harus mendapat izin dariku!"
"Kalau begitu aku ini istrimu dan kau juga harus mendapat izin dariku!"
"Izin darimu untuk apa?" tanyanya bingung.
"Untuk menemui Taylor!" ups. Aku keceplosan.
Ya Tuhan, aku panik sekarang. Apa yang harus aku lakukan?
***
Harry's POV
"Untuk menemui Taylor!" teriak Nina.
Aku terdiam.
Apa maksud Nina? Apa ia tahu akhir-akhir ini aku selalu menghabiskan waktuku dengan Taylor? Apa ia tahu bahwa aku dan Taylor memiliki hubungan khusus?
"Apa maksudmu?" ucapku pelan.
Nina membuang mukanya dariku dan meraih tas krem di meja "Lupakan." ia melangkahkan kakinya keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Forget Where You Belong
FanfictionHarry Styles dan istrinya, Nina Styles, berusaha untuk saling mencintai satu sama lain namun selalu terhalang oleh kehadiran orang lain. Ketika mereka mulai berhasil mencapai tujuan mereka, sesuatu menghalangi mereka lagi. Bagaimana cara mereka memp...