[25] Huge Convo

2.2K 351 8
                                    

Nina's POV

Bulan kedua, Harry belum juga bangun. Namun kabar baiknya, luka-luka di sekujur tubuhnya sudah mulai pulih dan hilang.

Kini aku sedang duduk di kursi samping kasur tempatnya terbaring. Sudah berjam-jam aku duduk di kursi ini. Menjaganya, menunggunya bangun, menunggunya sehat seperti semula.

Aku baru teringat akan ponsel Harry yang diberikan Ayahnya sebulan yang lalu. Aku ingat betul bahwa aku menaruhnya diselipan tas yang selalu ku bawa.

Maka kuraih tasku yang berada di meja dan menyambar ponsel milik Harry.

Kunyalakan powernya dan terpampanglah fotoku dan Harry di acara pernikahan kami sekitar lima bulan yang lalu.

Di foto ini nampak wajahku yang dibalut dandanan tenagh tersenyum manis ke arah kamera. Sedangkan Harry yang terlihat gagah dengan tuxedo hitamnya tampak tersenyum manis dan menatap arahku. Lesung di pipinya tampak sangat jelas di foto ini. Aku tak menyangka bahwa ia menggunakan foto ini sebagai wallpaper di ponselnya.

Saat di pernikahan kami, kami masih saling membenci satu sama lain. Harry masih bersifat keras kepala dan juga jangan lupakan julukanku untuknya, Harry si Raja Gengsi. Oh, aku merindukan itu.

Beberapa menit memandangi wallpaper itu, tiba-tiba notifikasi mulai bermunculan. Ada banyak panggilan tak terjawab dan sebuah pesan.

Pesan itu di kirim ke ponsel Harry pada tanggal yang sama ketika Harry kecelakaan. Penasaran, aku pun membuka pesan tersebut.

From : Nomor tak dikenali

Mr. Styles. Kami telah menunggu kedatangan anda dan istri anda di restoran kami hingga larut malam. Dan kini restoran kami akan segera tutup. Kami mohon maaf karena kami akan segera mengemas perlengkapan yang telah anda pesan untuk kencan anda dan istri anda. Kami anggap anda membatalkan segala bentuk transaksi dengan restoran kami. Namun kami tidak dapat mengembalikan uang yang sudah anda berikan sebagai jaminan. Terima kasih.

Hormat kami, Japanese Restoran.

Inikah urusan yang Harry sembunyikan dariku sore itu? Ia pergi ke sebuah restoran jepang untuk memesan tempat untuk kami berkencan? Benarkah?

Jadi yang dikatakan Harry pada Taylor benar, bahwa ia akan mengajakku berkencan malam itu?

Hatiku seperti terbakar menyadari semua ini. Aku menangis hebat sambil meremas ponsel Harry.

Harry aku sungguh ingin memelukmu sekarang! Mengapa kau menyembunyikannya? Lebih baik aku tidak makan malam daripada kau harus mengalami kecelakaan, Harry!

Aku berteriak dalam hatiku. Air mataku tak kunjung berhenti. Kini aku sungguh membutuhkan pundak seseorang untuk menumpahkan seluruh kekecewaanku terhadap diriku sendiri. Dan biasanya Harry yang selalu menawarkan pundaknya. Biasanya kaus Harry yang selalu basah terkena air mataku.

Tapi lihat sekarang. Ia masih terbaring lemah. Masih belum ada tanda-tanda bahwa ia akan sadar dari komanya.

Aku pun menyandarkan kepalaku di lengan kekarnya dan menangis sejadi-jadinya di sana.

Harry, bangunlah. Batinku sambil berharap bahwa mantraku itu mampu memanggil Harry dari alam bawah sadarnya.

Setengah jam menangis, sungguh menguras tenagaku. Aku pun mengusap air mataku dan melamun.

Namun tiba-tiba seseorang memasuki ruangan dan mendekatiku. Anne.

"Aku ingin berbicara denganmu." ucapnya padaku sambil mengelus lembut tangan Harry.

Don't Forget Where You BelongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang