Nina's POV
"Apa jawabanmu, jika- jika aku manawarimu untuk berbulan madu?"
What? Apa aku tak salah dengar? Si Raja Gengsi ini mau mengajakku berbulan madu? Ku mohon, seseorang bangunkan aku dari mimpi aneh ini.
"Nin! Kau tidak punya mulut ya? Kenapa diam saja?" tanya Harry dengan nada tinggi.
Haruskah aku menjawab pertanyaan semacam itu? Ini sungguh membingungkan.
Aku menoleh padanya. "A-Aku, hm, begini-" Kenapa aku jadi salang tingkah begini.
Harry mengerutkan keningnya sambil menatapku. Menunggu jawaban dariku.
"Ini sudah malam. Aku sudah sangat mengantuk." ucapku tergesa-gesa dan mencoba menguap agar kebohongan ini lebih mudah dipercaya olehnya. Walaupun hasilnya gagal total.
Harry tersenyum licik. "Kau kira tadi itu aku serius ya?" Ia tertawa terbahak-bahak sekarang.
Sialan!
Aku bangkit dari sofa dan berlari menuju kamarku. Bisa kudengar langkah Harry yang mengikutiku di belakang. Ia memanggil namaku berkali-kali namun aku tak menggubrisnya.
Ketika aku ingin menutup pintunya, tangan Harry menahan pintu dengan kuat. Aku tak berani menatap matanya yang saat ini pasti sedang menatapku.
Aku pun mundur dan melepas pintunya.
"Aku tahu kau belum mengantuk." ucap Harry, melangkahkan kakinya masuk ke kamarku.
"Keluar dari kamarku, Harry. Aku ingin tidur!" ujarku menunduk, tak berani menatap matanya.
Harry mendekatiku. "Kau blushing ya?" ia mulai tertawa lagi.
Aku masih menunduk dan menggelengkan kepalaku.
"Sangat mudah untuk membuatmu blushing!" ucap Harry sambil tertawa.
Menyebalkan sekali pria ini!
"Kau serius ingin tidur, Nin?" tanyanya bingung.
Aku tak menjawab, hanya bisa menunduk. Sungguh aku tak berani menatap matanya. Entahlah, aku merasa malu karena ia membuatku blushing tadi.
"Bahkan sekarang baru jam 8, Nin!"
Aku mendorongnya keluar dari kamarku. "Good night, Harry." ucapku yang hampir berbisik sebelum menutup pintu, tapi aku yakin pasti ia mendengarnya.
Aku sama sekali tidak menatapnya. Aku mengunci pintu kamar.
Aku pun langsung mencuci muka dan menyikat gigiku di kamar mandi pribadi lalu tidur.
***
Seseorang mengejutkanku dengan sebuah gedoran pintu. Aku pun terbangun.
"Nina! Lihat di luar jendela! Matahari sudah sangat tinggi dan tidak ada makanan di meja makan!"
Memakai mantel hangatku, aku membuka pintu kamar.
Kulihat Harry terlihat basah dan hanya menggunakan handuk di pinggangnya. Ia pasti baru selesai mandi.
"Kau belum menyiapkan baju kantorku dan juga sarapan! Istri macam apa kau ini!" nada suaranya meninggi. "Jangan pernah lagi mengunci pintu kamar!"
"Kenapa?"
"Eh, Itu- Itu tidak sopan."
Aneh sekali alasannya.
Aku pun berjalan melewatinya dan menuju kamarnya. Ia mengikutiku di belakang. Lalu mengambil setelan kantornya dan aku memberikannya pada Harry dengan kasar hingga tanganku menyentuh dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Forget Where You Belong
FanfictionHarry Styles dan istrinya, Nina Styles, berusaha untuk saling mencintai satu sama lain namun selalu terhalang oleh kehadiran orang lain. Ketika mereka mulai berhasil mencapai tujuan mereka, sesuatu menghalangi mereka lagi. Bagaimana cara mereka memp...