Chapter 17

81 6 0
                                    

Tung POV

Sejak melihat keadaan Hong Hui, aku tak bisa mengusir ketakutan yang mencengkeram hati ini.

Pria itu tergolek lemah di tempat tidur barak kesehatan, lukanya telah dibersihkan dan dibalut. Satu luka panah di bahunya dalam keadaan infeksi karena terlambat ditangani, namun kini telah dibersihkan dan dibubuhi obat untuk menghentikan infeksinya. Tubuhnya demam tinggi dan lemah karena kehilangan banyak darah.

Pria yang membawanya mengatakan, dia menemukan Hong Hui di hutan perbatasan dan pria itu meminta diantar kemari dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Pria desa itu mengobati lukanya dengan perlengkapan seadanya, namun masih khawatir jika pria itu takkan bisa bertahan.

Melihat Ji Un ada di depan tenda kesehatan membuatku harus menahan diri agar tidak menyeretnya ikut bersamaku dan meyakinkan diriku bahwa dia baik-baik saja, karena bayangan yang terlalu nyata. Alih-alih melakukan itu semua, aku hanya menatapnya dengan seksama dalam diam.

Semenjak sore tadi, aku memutuskan untuk menyendiri dalam kegelapan tendaku, meninggalkan pesan agar tak satupun menggangguku kecuali Ji Un yang sudah kuminta untuk datang. Bahkan saat malam menjelang, aku membiarkan lentera dalam keadaan mati.

"Komandan... Hua Ji Un datang menghadap!" umum penjaga di depan, membuatku menjadi lebih waspada,

"Komandan Tung!" panggilnya saat melangkah masuk.

Mataku sudah terbiasa dalam kegelapan itu. Aku bisa melihat sosoknya yang memasuki tenda dengan waspada.

"Apa yang kau lakukan dalam kegelapan, Komandan?" tanyanya.

Ji Un bergerak perlahan untuk menyalakan lentera dan aku berjalan mengikutinya sama perlahannya. Begitu cahaya lentera menyinari wajahnya, kulingkarkan lenganku di tubuh Ji Un.

"Komandan... Apa yang..."

"Ssssh... Aku hanya ingin memelukmu!" bisikku di telinganya,

"Ada apa denganmu?" tanyanya bingung,

"Bisakah kau tinggal malam ini?" pintaku,

"Yang lain..."

"Tidak akan menyadari kau menghilang..." selaku,

"Komandan... Apa yang terjadi? Katakan padaku!"

Aku menariknya turun hingga kami terduduk di atas karpet di sudut tenda. Aku membawanya duduk di atas pangkuanku dan mendekap tubuhnya erat. Tak ingin membiarkannya menjauh.

Tubuhku sedikit bergetar, ketakutan masih mencengkeram hatiku. Nampaknya Ji Un tahu ada sesuatu yang bergolak dalam batinku, jadi dia tak mendorong diriku menjauh. Aku bersyukur karena itu.

Setelah ungkapan cintaku yang terus menerus, aku berharap dia mulai terbiasa dengan kedekatan kami. Entah bagaimana aku merasa ada hal yang dia sembunyikan dariku walau aku selalu berusaha untuk menunjukkan betapa dia sangat berarti bagiku.

"Ji Un... Aku ingin meminta sesuatu darimu. Tapi mungkin kau akan membenciku karena itu..." bisikku pelan,

"Apa maksudmu Komandan?" tanyanya,

"Aku ingin kau pergi meninggalkan perkemahan!"

"Kemana? Apa ada tugas yang kau ingin aku laksanakan?"

Mencoba menata napasku, aku merengkuh tubuh Ji Un lebih erat.

"Aku ingin kau pergi ke Ibukota dan menyusul Xiao Er!" ungkapku,

"Ada apa dengan Xiao Er? Apa mereka menyerangnya? Apa mereka menculik Xiao Er untuk mengancammu?

Aku bersumpah, aku akan..." seruan marahnya segera tertahan saat aku melanjutkan,

Mulan... The Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang