Chapter 5

190 13 1
                                    

Ji Un POV

Walau tadi siang Komandan Tung bilang agar aku beristirahat, tapi ketika malam tiba, aku meninggalkan tenda kesehatan. Setelah makan malam disana aku pun menuju ke tenda Komandan Tung. Tahu aku masih ada tugas disana.

Saat aku sampai Komandan Tung tak ada dimanapun. Jadi tanpa menunggunya aku duduk di sebelah tumpukan dokumen yang kutinggalkan semalam dan mulai bekerja.

Setelah beberapa saat suara percakapan membuatku mendongak ke arah pintu tenda.

"Qiang... Aku ingin kau mengirim utusan untuk mengambil perbekalan dari kota terdekat..."

Komandan Tung berjalan masuk hanya dengan celana, tanpa atasan. Tubuhnya masih basah dan rambutnya menitikkan air. Jelas dia baru saja mandi di danau.

"Baik Komandan..." sahut Qiang, melirikku sekilas tanpa komentar,

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya bingung saat melihatku,

"Mengerjakan hukumanku?!" sahutku bingung,

"Kau sedang sakit..." jawabnya.

Komandan Tung berjalan mendekat. Berdiri di dekatku duduk dan membuatku mendongak hingga leherku terasa pegal. Aku mencoba sekuat tenaga agar tidak nampak tertekan karena auranya.

"Aku sudah istirahat sesiangan Komandan... Malam ini aku akan menyelesaikan tugasku..." kataku.

Komandan Tung masih memelototiku dengan tajam. Dia jelas tak suka apa yang dilihatnya. Tapi apa yang bisa kulakukan? Tak mungkin aku berleha-leha di saat semua orang berlatih dan masih bermalas-malasan di malam harinya. Paling tidak aku harus menyelesaikan hukumanku, bukan?!

"Aku rasa... Aku akan meninggalkanmu sekarang!" sahut Sersan Qiang dengan senyum aneh di wajahnya,

"Qiang! Qiang! Tunggu!!"

Komandan Tung berbalik dan memelototiku.

'Aku tak mengerti. Aku hanya melakukan tugasku. Kenapa dia begitu marah?!'

Aku memutuskan untuk mengacuhkannya dan kembali ke dokumen yang sedang kubaca.

Komandan Tung berjalan menuju meja kerjanya sambil mengeringkan tubuhnya yang masih basah. Posisiku yang menghadapinya saat ini tiba-tiba membuatku sedikit tidak nyaman.

'Kenapa aku selalu terjebak dalam situasi yang bisa membahayakan jati diriku terungkap dengannya? Jika dia sampai tahu siapa aku sebenarnya, aku yakin bukan hanya nyawaku taruhannya...'

Tanpa sadar mataku terpaku pada gerakan tangannya. Dia mengusapkan kain itu di dada bidangnya dan perut berotot itu.

Selama beberapa bulan ada di camp ini, aku telah melihat banyak hal dari seorang pria yang tak pernah kutahu sebelumnya.

Kebiasaan jorok mereka dan tubuh mereka. Hampir semua sudah pernah kulihat. Tapi tak ada yang mendekati tubuh Komandan Tung.

Dada bidang yang menonjol dengan dua daging kecil kecoklatan yang nampak keras. Perut berotot dengan garis-garis tajam dan kulit berwarna cokelat gelap. Jejak rambut di perut bawahnya yang menyebar semakin ke bawah hingga menghilang di balik tali celananya.

"Apa yang kau lihat?" tanyanya sambil memicingkan mata, curiga,

"Bukan apa-apa!!" sahutku terlalu keras,

"Sungguh?!"

Komandan tiba-tiba bangkit dan berjalan mendekat. Dia berjongkok di dekatku duduk dan mendekatkan wajahnya dengan wajahku, hingga aku bahkan bisa merasakan hembusan napasnya di wajahku.

Mulan... The Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang