Mulan POV
Kereta mereka berderak masuk melewati gerbang desa. Aku mengintip dari jendela, mengamati keadaan disana dengan hati was-was.
Ada begitu banyak pasukan musuh disana. Meski desa ini harusnya masih ada dalam kawasan kerajaan tapi pasukan mereka telah memenuhi jalanan.
Bagaimana bisa kami melewatkan ini semua?
"Kau yakin kau mau turun disini? Mereka orang yang sama yang memeriksa kereta kita di hutan, bukan?" tanya wanita itu,
"Dui... Mereka orang yang sama..." jawabku pelan,
"Sebaiknya... Kau ikut dengan kami ke markas baru kami! Disana kau bisa memikirkan langkahmu selanjutnya. Tempatnya tidak begitu jauh, hanya beberapa jam lagi. Di atas bukit itu..." kata wanita itu menunjuk ke sebuah bukit kecil di belakang desa,
"Maaf aku akan merepotkanmu lebih jauh..."
"Lagipula kau masih berhutang cerita padaku!" kekehnya.
Tung POV
Qiang kembali ke perkemahan setelah memeriksa jalur hutan yang digunakan pasukan telik sandi. Aku memacu kudaku kembali ke istal begitu mendengar berita kedatangannya.
Saat aku sampai disana, Kapten Qiang sudah menyongsong kedatanganku. Ekspresi wajahnya tidak begitu bagus. Melihat itu membuat perutku terasa diaduk.
"Maafkan aku, Komandan! Kami tidak menemukan mereka..." lapornya,
"Apa maksudmu?"
"Ada jejak perkelahian, namun kami tak menemukan satupun jasad disana!" katanya dengan kepala tertunduk,
"Mereka diserang?"
"Ya..."
Aku memejamkan mata untuk beberapa saat mencoba menguasai diriku. Memikirkan berbagai macam kemungkinan yang bisa terjadi.
"Mungkin mereka berhasil lolos!
Mungkin mereka terhambat tapi sudah mencapai desa itu, hanya saja tak bisa mengirim pesan!" kataku padanya,
"Bekas pertikaian itu cukup parah. Darah dimana-dimana.
Itu bukan hanya perkelahian. Itu pembantaian..." tambahnya.
Aku bisa merasakan rasa mual di perutku kembali. Tanganku menjadi dingin dan aku harus melawan rasa lemah di lututku.
"Aku akan kembali ke tendaku..." ucapku akhirnya,
"Komandan..."
Kapten Qiang hendak mendekatiku, namun aku menghentikannya dengan mengangkat tangan ke arahnya.
"Tinggalkan aku, Qiang!
Aku butuh waktu sendiri..." perintahku,
"Baik Komandan!" jawabnya akhirnya.
Begitu memasuki tenda, aku meraih benda pertama dalam jangkauanku, sebuah tiang kayu, tempatku meletakkan jubah. Aku mematahkannya dengan sekali gerakan dan melemparnya ke tengah ruangan.
Sebuah kendi berisi air pun tak luput dari jangkauan tanganku. Kupecahkan benda itu di atas tanah. Membuatnya pecah terburai.
"AAARGHHH!!!" teriakku frustasi,
Haaah... Hhh...
Urgh...
Dadaku terasa sesak karena kekecewaan dan kesedihan yang menghimpit.
"Ji Un... Demi Tuhan... Ji Un... Seharusnya aku tak mengijinkannya pergi hari itu.
Seharusnya aku... Seharusnya aku..." erangku putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mulan... The Love Story
Fiksi PenggemarMulan mencintai pria itu. Pria kharismatik yang memimpin ribuan pasukan dan dihormati semua orang. Namun dia adalah wanita tomboy, kasar dan kini bahkan menyelusup diantara pasukan, berpura-pura menjadi seorang prajurit. Seseorang yang bukan diriny...