Chapter 35

46 4 0
                                    

Tung POV

Rapat itu akhirnya berakhir. Semua orang berbagi kekhawatiran atas kembalinya Penyihir Hitam dari Ibukota. Wanita penyihir itu pasti akan murka melihat apa yang terjadi.

Pasukanku akan tiba dalam waktu 2 hari dan segera mengambil posisi tepat di depan bukaan celah bukit. Strategi paling bagus yang bisa kami lakukan.

Bukaan celah sempit itu hanya akan mengijinkan pasukan San Yu bergerak dalam kelompok kecil, memanjang bagai ular.

Jika kami bisa menahan pergerakan mereka di mulut bukaan, maka itu akan memudahkan pertahanan kami. Kami hanya perlu bertahan.

Namun kemudian, bertahan saja takkan cukup.

Kami harus memikirkan bagaimana cara mengalahkan Penyihir Hitam.

Dari ekor mataku, aku melihat bagaimana Ji Un menyelinap keluar dari ruangan itu dan aku segera bergegas mengejarnya.

"Hua Ji Un! Ni yao chu na li?" seruku, menghentikan langkahnya,

"Ada tugas yang harus saya kerjakan Komandan..." sahutnya,

'Aku benci saat dia menanggapiku dingin seperti ini!' putusku dalam hati,

"Aku tidak ingat memberimu perintah apapun..."

"Tugas ini saya dapat dari Nyonya Ma!" sahutnya,

"Seingatku kau masih prajuritku bukan? Kenapa kau menerima tugas dari Nyonya Ma?"

"Apa saya masih bawahan Anda Komandan? Seingat saya, saya telah dituduh sebagai mata-mata dan suruhan Penyihir Hitam oleh anak buah Anda..."

Deg...

"Meski begitu kau masih prajurit kerajaan!

Atau kau berpikir untuk membelot?!" seruku marah,

"Wo bu kan..."

Meski perkataannya ditujukan untuk merendah, tapi sikap dan pembawaannya tak terlihat seperti itu.

Greb...

"Apa yang Anda lakukan Komandan?!" serunya saat tanganku mencengkeram sikunya,

"Ikut aku!" kataku sembari menariknya agar ikut berjalan bersamaku,

"Lepaskan aku Komandan!" tuntutnya,

Aku tak perduli meski kami menjadi tontonan orang yang melintas. Aku butuh bicara dengan Ji Un. Aku ingin membuatnya mengerti, bahwa aku tak pernah sekalipun meragukannya.

Aku bersalah karena tak berusaha lebih keras untuk membelanya, tapi aku tak pernah meragukan kejujurannya.

Dan bahwa aku begitu berduka saat dia menghilang.

Bahwa aku hampir gila saat keadaan memaksaku menerima kematiannya.

Tep...

Blam...

Dak...

Aku memojokkannya di balik pintu kamar yang tertutup dengan bunyi berdebam dan menyandarkan kepalaku yang berdenyut di bahunya.

"Hua Ji Un..." bisikku pelan, "Wo hao xiang ni..."

Tanganku merengkuh tubuhnya dengan erat dan aku menghirup aroma tubuhnya dengan putus asa. Seolah jika aku tak menyentuhnya, aku akan mati karenanya.

"Ji un..." panggilku pelan dan dengan erang putus asa, "Hua Ji Un... Kekasihku... Cintaku..."

"Apa kau sudah selesai?" tanyanya setelah beberapa saat.

Mulan... The Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang