Changbin berlari kecil untuk samakan langkahnya dengan Minho yang jalan lumayan pelan. Pria dengan potongan rambut pendek itu perhatikan wajah kuyu mantan pacar sekaligus rekan kerjanya. Salah satu tangan yang dimasukkan dalam saku dikeluarkan. Dijentikkan tepat di depan wajah Minho hingga buat pemuda itu tersentak.
"Melamun terus," kata Changbin. Dia kembali masukkan tangannya dalam saku. Langkahkan kaki selaras dengan Minho menuju kantin.
Minho menghela napas. Tangannya memijat batang hidungnya. Merasa pusing padahal pekerjaannya tidak banyak. Dia malas menanggapi omongan Changbin.
Untuk sejenak keduanya pesan makan siang, lalu ambil duduk di meja yang masih kosong.
"Kali ini apa lagi?" Tanya Changbin. Dia tahu pasti kebiasaan uring-uringan Minho tiap kali ada masalah. "Masalah pekerjaanmu?"
Gelengan didapat. Jika itu soal pekerjaan dia tidak akan segundah ini. Banyak orang bisa diajak bertukar pendapat. Tapi kalau ini, masalah hati, perasaan, dan satu-satunya yang terlibat hanya dia dan pasangannya.
"Nanti kita bicarakan, sekarang makan dulu." Changbin dorong pesanan Minho. Namun sampai sepuluh menit tidak juga dimakan. "Asam lambungmu akan kambuh kalau telat makan."
"Nggak selera."
Dia lebih pilih minum teh mawarnya lamat-lamat dan memerhatikan orang-orang sekitar yang nampak santai dengan hidup mereka. Jadi, apa hanya dia yang galau memikirkan pertanyaan suaminya?
Minho lekas menggeleng. Setiap orang punya masalahnya sendiri, jadi tidak mungkin mereka terlihat setenang ini, tapi tidak punya masalah. Ya, walaupun tidak semua orang punya masalah serius.
Iya, serius. Perkara ditanya sudah cinta saja dia anggap serius. Sangat serius. Pasalnya dia tidak berani mengatakan kebenaran pada Seungmin.
"Aku tebak ini ada hubungannya dengan Seungmin. Ck, menikah bukannya bahagia malah banyak galaunya. Perasaan dulu awal pacaran juga kamu nggak galau begini kalau berantem sama aku."
Tatapan sinis dan terganggu muncul dari Minho. "Yang kayak kamu nggak perlu digalaukan."
Changbin membuka mulut dramatis, lalu ditutup mulutnya dengan tangan juga gaya centil. "Teganya kamu bilang begitu dengan bosmu sendiri."
Minho memutar mata malas. Sudah biasa dengan tingkah dramatis mantannya. Selalu ada saja yang buat pria itu bertingkah berlebihan. Lebay.
"Tapi serius, kali ini tentang apa lagi?" Tanya Changbin.
Tolong maklumi sifat keponya. Ini semata-mata karena dia peduli pada rekannya ini. Tidak ada maksud terselubung atau apapun.
"Menurutmu, kalau selesai bercinta terus-"
"Tunggu, tunggu. Selesai apa katamu?"
"Bercinta," jawab Minho dengan polosnya.
Changbin si dramatis lagi-lagi buka mulut lebar. Dua tangannya memegang kepala, "bencana macam apa ini, Tuhan," gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUROUS | 2MIN [✔]
FanfictionMinho sudah muak dengan tanya-tanya tidak penting yang selalu dilontarkan. Dia pikir dengan jujur akan buat papa kapok untuk tanya lagi, tapi ternyata tidak. "Jadi, kapan kamu mau nikah?" *** Begitu pun Seungmin, dia tidak lagi mau dengar pertanyaan...