Tidak pernah terlintas dalam benak Seungmin bertemu orang ini setelah sekian lama. Terakhir kali kalau tidak salah ingat saat sekolah menengah. Dia teguk kopinya sekali, lalu mendecak. Isyarat dia sedang merasa tidak nyaman dengan teman ngopinya.
"Sudah lama ya," kata orang itu.
Diam-diam Seungmin mengobservasi. Cara bicaranya masih sama, gerak-geriknya masih sama. Semua sama. Yang membedakan dia terlihat lebih dewasa dan pandai bergaya.
"Aku nggak punya banyak waktu untuk duduk santai begini," balas Seungmin. Dia malas berlama-lama.
Sosok di sebelah Seungmin tersenyum tipis. Dia menunduk untuk lihat kopi di tangan. Diputar sedikit, lalu kembali diam.
"Kalau kamu jadi pimpinan perusahaan, kamu pasti punya banyak waktu santai."
Seungmin menoleh pada sosok di sebelahnya. Memandang lekat pria yang kini tersenyum penuh makna. Dia balas dengan tenang, "aku lebih bahagia membangun karirku sendiri ketimbang meneruskan usaha keluargaku."
Senyum yang perlahan luntur terlihat jelas dalam penglihatan Seungmin. Dia muak dengan tindak tanduk sepupunya ini. Namun kemudian senyum lebar menjadi balasan.
"Berbangga diri dengan pencapaian sendiri memang baik, tapi kamu nggak harus menjatuhkan pencapaian orang lain, Seung."
"Kamu juga nggak harus merendahkan pekerjaan orang lain."
"Aku tidak," balas sosok itu cepat. Seungmin malas menjelaskan. Sepenangkapannya niat pria itu adalah menjatuhkan dirinya, pilihannya.
Seungmin berdiri dari duduknya. Berlama-lama dengan orang ini hanya akan buat darah tingginya naik.
"Aku dengar dari nenek kamu sudah nikah. Kenapa tidak undang kami?"
Sosok itu memandang nanar punggung Seungmin. Mereka adalah saudara, tapi terasa begitu jauh karena aturan keluarga yang tidak masuk akal.
Seungmin berbalik. "Memang kalian siapa?" Tanyanya dengan dua tangan masuk dalam saku celana. Memandang datar dan tajam sepupunya.
Pria itu tersenyum sinis. Dia mendesis pelan dan hembuskan napas pasrah. "Kalau aku jawab saudara juga percuma. Baiklah, anggap teman saja juga boleh."
"Aku tidak berteman denganmu."
"Kalau begitu anggap aku juniormu masa sekolah. Kita satu yayasan dulu." Pria itu ikut berdiri dan lakukan pose yang sama dengan Seungmin.
Namun kemudian senyum ramahnya luntur. "Aku sebenarnya penasaran siapa suamimu setelah aku dengar kamu sudah menikah dari nenek. Niatku baik ingin kasih hadiah, tapi nampaknya kamu nggak senang. Mungkin lain kali kamu bisa jumpakan aku dengan dia. Aku akan sangat senang bertemu iparku."
"Tidak akan pernah. Pergi dari sini sebelum aku marah."
Tidak ada gentar dalam manik matanya. Dia justru menatap Seungmin dengan berani. "Berhentilah membenciku karena bukan aku yang salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUROUS | 2MIN [✔]
FanficMinho sudah muak dengan tanya-tanya tidak penting yang selalu dilontarkan. Dia pikir dengan jujur akan buat papa kapok untuk tanya lagi, tapi ternyata tidak. "Jadi, kapan kamu mau nikah?" *** Begitu pun Seungmin, dia tidak lagi mau dengar pertanyaan...