Seungmin rasanya ingin cubiti pipi Minho sampai habis. Ada saja akal bulusnya untuk buat orang menuruti kemauannya. Sekarang mau tidak mau dia terjebak dalam kecanggungan bersama Hyunjin. Jalan berdua yang orang kira pasangan serasi.
Dih, najis. Mana sudi Seungmin dianggap begitu.
Dan parahnya, tadi Minho berakhir minta diantar pulang. Tidak jadi menunggu di mobil karena katanya akan bosan. Keputusannya itu hanya buat keadaan semakin canggung. Memang kurang ajar. Lihat saja nanti akan Seungmin balas sampai minta ampun.
"Tokonya ada di lantai empat," ujar Hyunjin yang langsung membuyarkan lamunan Seungmin. Pria itu tanpa menunggu tanggapan sepupunya jalan menuju lift. Menekan angka empat dan berdiri tegak tanpa niat ajak sepupunya bicara.
Keduanya nampak bagus bersanding sebelahan. Hyunjin dengan setelan kerjanya yang rapi dan Seungmin yang berbalut kemeja digulung setengah lengan. Keduanya pun kompak memasukkan tangan dalam saku celana.
"Karena ini pembukaan hari pertama sepertinya akan ramai."
Seungmin melirik Hyunjin sebentar, lalu keluar dari lift yang sudah terbuka. Visual keduanya menjadi pusat perhatian. Siapa yang tidak kenal dengan pewaris Techno Group. Mereka incaran banyak orang.
"Kita langsung beli saja yang Minho mau, lalu pulang," sahut Seungmin.
Kita, katanya.
Hyunjin menundukkan wajahnya untuk tahan senyum. Dulu dia masih bisa basa-basi dengan santai bersama Seungmin, tapi sejak kejadian terakhir kali rasanya sulit. Dan sekarang disebut kita terdengar sangat asing.
"Tidak semudah itu. Penggemar Tiffany banyak."
Seungmin pasti tidak pernah merasakan rebutan produk baru rilis dari brand ternama. Pemikiran itu buat Hyunjin membuka mulut lebar. Dia menoleh pada Seungmin, "jangan bilang kamu nggak tau?"
Si dokter meliriknya sinis, "kamu pikir aku nggak pernah beli barang branded, hah?" Bahu Hyunjin disenggol, lalu dia ditinggalkan begitu saja.
Tingkah Seungmin yang sinis sama sekali tidak buat si direktur marah. Hyunjin justru terkekeh geli. Seungmin ternyata tukang ngambek, jadi lebih baik segera dikejar atau dia akan semakin marah.
Setibanya di tempat pameran Seungmin terpaku di tempat. Liurnya diteguk karena kehilangan kata-kata melihat banyaknya orang yang mangantre. Hyunjin melewati tubuhnya sambil bilang, "ayo, masuk."
"Hah, memang bisa?"
Direktur muda itu menunjukkan sebuah kartu. "Member card," katanya.
Seungmin mendecak, pantas saja. Dia langsung mengekor dan masuk ke dalam ruangan. Ini pertama kali bagi Seungmin datang ke pameran perhiasan. Dari sudut ke sudut penuh dengan perhiasan yang bisa buat mata terhibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUROUS | 2MIN [✔]
FanficMinho sudah muak dengan tanya-tanya tidak penting yang selalu dilontarkan. Dia pikir dengan jujur akan buat papa kapok untuk tanya lagi, tapi ternyata tidak. "Jadi, kapan kamu mau nikah?" *** Begitu pun Seungmin, dia tidak lagi mau dengar pertanyaan...