Prolog : Auristela Jelita Dhananjaya

9K 438 7
                                    

Orang-orang menangis, bukan karena mereka lemah. Ini disebabkan karena mereka menjadi kuat untuk waktu yang terlalu lama."

---

---Auristela Jelita Dhananjaya

***

"Jelita, bagaimana hubungan kamu dengan Altarel?"

Jelita menatap kearah sang Ayah datar. Apakah tidak ada pertanyaan yang lain selain hal itu, "Untuk apa Ayah bertanya, jika sudah tau jawabannya."

"Jelita bicara yang sopan!" tegur Adhara, Mamanya.

Mendengar itu Jelita lalu menghembuskan nafasnya panjang. Ayolah, ia malas jika harus membicarakan hal seperti itu disaat seperti ini. Jelita ingin makan dengan tenang. Tanpa harus mendengar nama Altarel, Altarel dan Altarel terus. Apakah tidak bisa?

Jelita sungguh muak mendengarnya.

"Ayah harap kamu bisa sedikit bersikap lebih baik lagi kepada Altarel. Ingat Jelita, perusahaan kita bergantung penuh pada keluarga Danadyaksa," ujar sang Ayah sambil menatap Jelita tegas.

"Kalau gitu kenapa gak Ayah aja yang tunangan sama Altarel. Kenapa harus Jelita?" tanya Jelita melawan.

"JELITA!" teriak Dhananjaya.

"Apa! Ayah mau marahin aku lagi? Mau mukul aku lagi? Mau cambuk aku lagi? Cambuk dan pukulin aja aku, Yah. Toh, aku udah biasa 'kan digituin!" gertak Jelita berani sambil menatap kearah kedua orangtuanya remeh.

Emosi, Jaya langsung melayangkan tangannya guna menampar pipi Jelita cukup kencang, "Ayah tidak pernah mengajarkan kamu untuk berbicara seperti itu kepada orang yang lebih tua, Jelita. Kamu itu memang dasar anak tidak tau diuntung ya! Sia-sia saya membesarkan kamu!" Jelita meringis pelan, "Tampar lagi, Yah. Tampar Jelita sampai Ayah puas."

Bukannya mereda, emosi Jaya malah semakin besar dan meluap-luap. Dia lalu menampar Jelita berkali-kali. Menjabak rambut anaknya kuat dan menyeret lalu mangunci gadis itu dikamar mandi.

Adhara yang melihat putrinya diperlakukan seperti itu hanya bisa terisak dalam diam. Ibu mana yang tidak sakit hati setiap melihat buah hatinya disiksa seperti itu.

Tapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa. Adhara terlalu takut untuk menghadapi suaminya yang sudah seperti orang kesetanan jika permintaannya tidak dipenuhi.

"Arghhh! Ampun, Yah! Sakit! Ayah! Cukup! Ampun Ayah, sakit!"

Adhara langsung berlari munuju kamarnya dan menguncinya dari dalam. Hatinya perih, sangat perih bila mendengar tangisan pilu dari putrinya.

"Mama tolong! Sakit..."

Adhara menutup telinganya rapat-rapat. Suara yang sangat begitu memilukan untuk didengar.

'Maafin Mama sayang'

Sudah satu jam berlalu. Suaminya itu masih saja menyiksa putrinya dikamar mandi. Rasanya Adhara ingin sekali menolong dan melindungi Jelita, tapi apalah daya dirinya terlalu lemah untuk sekarang ini.

"DASAR ANAK NAKAL! TIDAK TAU DIRI!" teriak Jaya sambil mencambuk Jelita dengan ikat pinggang dikedua tangannya.

"Ayah ampun..."

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang