Hazel melepaskan helm yang ia pakai lalu turun dengan perlahan dari motor kesayangannya, Blacky. Dengan sedikit merapikan rambutnya yang berantakan, Hazel mulai berjalan masuk kedalam sekolah.
Dugh!
Baru saja sampai di koridor Hazel sudah ditabrak saja. Benar-benar menyebalkan. Hazel sudah hati-hati berjalan, masih saja mendapat masalah.
"Duh! Sorry, sorry. Gue ga se---_"
"Sajak..."
Perkataan orang itu langsung terpotong oleh Hazel. Laki-laki yang barusan menabrak Hazel tadi adalah Sajak. Vasajak Gamaliel Khana.
"Ara?!" Sajak hanya tersenyum tipis. Tidak menyangka dia akan dipertemukan kembali dengan Hazeline.
Sementara Hazel menatap Sajak dengan memautkan alisnya. Meneliti dari bawah hingga atas, mencoba mencari apa saja yang berubah dari dalam diri laki-laki itu.
Pria itu masih sama. Hanya rambutnya saja yang berubah menjadi lebih pendek dari sebelumnya. Namun, bentuk tubuh dan wajahnya masih tetap sama tampan dan tanpa cela. Masih tetap Sajak yang ia kenal beberapa tahun yang lalu.
"Ara gak mau peluk, Vasa?" tanya Sajak sambil merentangkan kedua tangannya.
Ditanya dan ditatap seperti itu oleh Sajak, Hazel lantas langsung berhambur memeluk tubuh Sajak dengan erat, "Gue kangen banget sama lo, Sa. Katanya gak akan pergi lama, tapi hampir dua tahun lo gak pulang kesini."
Sajak mengelus rambut panjang Hazel dengan penuh kasih sayang. Tak memperdulikan orang-orang yang sekarang tengah menatap mereka berdua dengan tanda tanya besar dikepala.
"Ululululu. Gue juga kangen banget sama lo," ujar Sajak sambil merenggangkan pelukannya, "Tapi tenang aja. Setelah ini gue akan selalu ada disini, selalu jagain lo kapan pun dan dimana pun."
"Jangan bilang lo pindah sekolah disini?!" Hazel menebak dan tepat sasaran.
"Serius?"
Sajak mengangguk mengiyakan.
"Sastra udah tau?" Pertanyaan Hazel barusan seketika membuat Sajak terdiam kaku.
Sastra. Sajak benar-benar sangat merindukan sosok gadis berponi itu. Hampir dua tahun menghilang, tidak membuat Sajak lupa betapa cantik dan manis wajah seorang Elsastra yang masih tersimpan rapi didalam ingatannya.
"Sa?"
Seakan tersadar dari lamunannya, Sajak sedikit tersentak, "Ah, iya. Enggak. Gue belum ketemu sama Bel--- maksud gue Sastra."
"Lo--- masih suka sama El?"
Deg!
Jantung Sajak berdetak dua kali lebih kencang. Ia melupakan fakta bahwa Hazel sangat mahir dalam membaca situasi hati seseorang. Bohong jika ia bisa melupakan Sastra selama dua tahun ia pergi. Buktinya sampai sekarang saja, gadis dengan mata bulat itu, masih menjadi tokoh utama yang menempati tahta tertinggi di dalam hatinya.
"Munafik banget kalau gue bilang enggak."
Mendengar itu Hazel tersenyum pilu. Lalu setelahnya membawa Sajak masuk kedalam pelukannya, "Gak apa-apa. Penyesalan emang selalu datang diakhir. But, It's okay. Lo udah berusaha sejauh ini aja udah bagus banget, Vasa."
Hazel menepuk punggung Sajak perlahan. Dia tau betul betapa menyedihkan perjalanan dan perjuangan seorang Sajak untuk kembali dekat dengan sahabatnya itu.
"PACARRRR!"
Pelukan diantara Hazeline dan Sajak terlepas secara paksa. Tubuh Hazel terasa ditarik kebelakang oleh tangan seseorang yang dapat Hazel yakini bahwa orang itu adalah Arkana. Cowok yang sejak kemarin selalu bertingkah aneh dan menyebalkan diwaktu yang bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovesick Girls
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] {On Going} _The Begin --Blackpink ft Boys-- Kisah ini menceritakan tentang 4 gadis remaja. Jelita, Hazel, Bulan dan Sastra. 4 gadis yang dipaksa untuk harus terus bertahan didalam alur tuhan yang tak pernah sejalan. Je...