30. Pengakuan

1.7K 188 135
                                    

PLAKKK

"MAU LO APASIH AKSARA?!"

Sastra berteriak dengan kencang. Dada nya naik turun menahan emosinya sejak tadi. Dia marah benar-benar sangat marah terhadap Aksara sekarang.

Gadis itu tidak pernah semarah ini sebelumnya. Bahkan jika mereka berdua bertengkar, tidak pernah sampai separah ini. Dan untuk kedua kalinya ia berani menampar Aksara, sahabatnya. Sepertinya permasalahan kali ini cukup pelik dan serius sehingga membuat Sastra sampai marah besar.

"Maksudnya apa datang kesini sama si bajingan itu? Lo----"

"Kenapa?! Lo mau bilang gue apa? Cewek gak bener? Murahan? Naif? Goblok? Jalang? Atau apa?!" sambar Sastra cepat.

"ELSASTRA!" sentak Aksara dengan wajah memerah. Terlihat jelas dari sorot matanya yang berapi-api. Tidak suka jika setiap kali Sastra merendahkan dirinya sendiri seperti itu. Bahkan untuk memikirkan kata-kata itu sekali saja Aksara tidak pernah, apalagi untuk mengatakannya langsung.

Sastra berdecih, "Kenapa? Marah? Gak suka?!" Sastra berteriak tepat diwajah Aksara, "Kenapa sih, Sa? Kenapa harus lo...."

"Aksa...."

Grep...

Aksara langsung memeluk tubuh Sastra erat. Sembari berkali-kali mengucapkan kata maaf yang semakin membuat Sastra menangis kencang.

"Maaf, maaf, maaf Elsastra...."

"G-gue jahat, ya? Gue selalu nyakitin orang-orang yang gue sayang. Sampai akhirnya mereka pergi jauh ninggalin gue," lirih Sastra pelan, "Bahkan lo juga, Sa..."

Mendengar itu Aksara menggelengkan kepalanya cepat. Tidak. Bukan seperti itu. Sastra tidak salah sama sekali. Aksara lah yang salah karena tidak memberitahunya sejak awal.

Cowok itu terlalu takut, takut jika Sastra akan menjauhinya dan membencinya jika ia mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Pada dasarnya Aksara takut akan kehilangan Sastra. Perempuan yang selalu ia jaga dan lindungi selama ini

Flashback on

Sastra duduk bersantai disalah satu kursi taman yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya sendirian. Sembari menikmati es cream ditangannya seraya menunggu Aksara yang tengah mengantri membeli batagor untuknya.

Mereka berdua baru saja selesai mencari kado untuk Nada di mall. Dan berhubung Sastra yang tidak ingin cepat-cepat pulang, jadilah mereka berdua terdampar disini. Hitung-hitung menghabiskan waktu berdua katanya.

"Buset dah Aksara kemana sih! Beli batagor serasa beli planet. Lama banget!"

Sumpah serapah sudah beberapa kali terucap dari mulut cantik Sastra sejak beberapa menit lalu. Gadis itu kesal kepada Aksara yang tidak kunjung datang. Sudah tau kalau sahabatnya yang cantik ini tidak suka menunggu lama.

"Udahlah bodoamat! Gue susul aja. Siapa suruh lama. Awas aja, ya lo Aksanjing! Kalau sampai lo ketauan godain Mbak Wati lagi, abis lu!" dumal Sastra sembari menghentak-hentakkan kakinya meninggalkan kursi itu dengan perasaan dongkol.

Fyi! Mbak Wati adalah penjual Batagor langganan mereka berdua sejak dulu. Memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang seksi. Tentu saja Mbak Wati sangat digilai oleh laki-laki disekitar sini. Dan Aksara yang notabenenya adalah buaya darat kelas kakap, tentu tidak ingin kalah, sahabatnya itu selalu menggoda Mbak Wati setiap kali ada kesempatan. Maka tidak heran jikalau Aksara begitu senang setiap kali bertemu Mbak Wati.

"Itu dia orangnya!" dengus Sastra setelah melihat presensi Aksara didepan sana.

Tapi tunggu dulu.....

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang