10. Permintaan

2.4K 319 51
                                    

Bulan berjalan dengan lesu memasuki ruang musik. Jujur saja, tubuhnya mulai terasa lelah sekarang. Sebab pagi tadi Bulan tidak sempat sarapan dan lupa membawa obatnya. Hingga sekarang mengakibatkan kepalanya mulai pening, dan staminanya yang juga mulai turun.

Dan sialnya, hari ini adalah hari Rabu, hari dimana ekskul Musik diadakan. Bulan tidak mungkin absen, karena sebentar lagi perlombaan antar sekolah akan dilakukan. Dan Bulan sebagai salah satu vokalis andalan SMA Cakrawala, tentu saja dia harus berpartisipasi dalam lomba kali ini.

Bulan tidak tau siapa partner nya tahun ini. Yang jelas, Bulan hanya berharap jika orang yang dipilih oleh pelatihnya itu bisa bekerja sama dan bertanggung jawab.

Pintu ruang musik perlahan terbuka. Bulan mengedarkan pandangan guna mencari bilamana ada orang lain didalam sana. Namun, nihil. Ruangan ini masih kosong. Apakah Bulan terlalu cepat kemari? Padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu.

"Minggir!"

Bulan terlonjak kaget dan hampir saja mamukul orang yang tiba-tiba saja mengangetkannya dari belakang. Tapi ia urungkan, ketika tau bahwa Antariksa lah orang tersebut.

"Arik kok disini? Ngapain?" tanya Bulan sedikit penasaran. Pasalnya, Antariksa itu bukan salah satu anak ekskul musik di sekolah ini.

Antariksa meletakkan tas yang ada dipunggungnya disalah satu kursi diruangan tersebut. Malas menanggapi ucapan Bulan yang terkesan membuang-buang waktunya saja.

"Arik kata Kak Awan kalau ada orang nanya itu dijawab bukan malah diam, gak sopan tau kayak gitu," lanjut Bulan menasehati.

Mendengar penuturan Bulan, Antariksa langsung menghela nafasnya dan menatap kearah gadis itu horor, "Mau gue jawab atau nggak itu hak gue. Dan lagi, udah berapa kali gue bilang sama lo. Jangan panggil gue Arik! Nama gue Antariksa paham lo!"

Mendapat balasan ketus seperti itu dari Antariksa, Bulan hanya bisa tersenyum tulus. Dia tidak sakit hati sama sekali kok, "Yaudah maaf kalau gitu."

Antariksa tak peduli, dan memilih fokus dengan handphone ditangannya. Mengabaikan Bulan, seolah gadis itu tidak ada.

"Euhm, kalau gitu Bulan pergi dulu ya, Antariksa. Kayaknya anak-anak gak jadi ekskul deh hari ini," pamit Bulan setelah beberapa saat terjadi keheningan diantara mereka.

Bulan perlahan berjalan mendekati pintu. Tangannya hampir saja memutar knop pintu sebelum suara bariton milik Antariksa menghentikan pergerakannya.

"Siapa yang izinin lo pergi?"

Bulan lantas berbalik, menatap kearah Antariksa penuh tanya. Maksudnya apa? Antariksa lalu berjalan menghampiri Bulan yang masih berdiri didepan sana. Menatap lurus manik mata indah kecoklatan milik Bulan tanpa ingin memutusnya.

"Gue mau ngomong sesuatu, tapi lo harus janji, jangan motong sampai gue selesai ngomong."

Bulan mengerutkan dahinya bingung. Dan tak lama Bulan mengangguk mengiyakan. Bulan juga penasaran, apa hal penting yang akan Antariksa sampaikan padanya.

"Iya. Bulan janji," ucapnya.

Antariksa mendekatkan dirinya lebih dekat dengan Bulan. Jika saja saat ini bukan keadaan yang serius, dapat Bulan pastikan bahwa dirinya akan langsung berteriak kegirangan sebab Bulan bisa sedekat ini dengan Antariksa setelah selama satu tahun ia mengejar cinta laki-laki itu.

"Pertama, soal kemarin malam, gue mau jangan sampai ada yang tau kalau gue kerumah lo," kata Antariksa.

"Kenapa gitu?"

"Y-ya gak apa-apa. Anggap aja gue gak pernah kesana."

Bulan tersenyum getir mendengar nya. Memang benar, Antariksa sempat kerumahnya bersama dengan kedua orang tuanya. Entah ada urusan apa, yang jelas tak berapa lama kemudian kedua orangtuanya pun pulang kerumah dan langsung membawa Antariksa dan keluarganya masuk untuk berbincang diruang khusus keluarga Smith.

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang