32. Jean dan Jelita

1.3K 115 9
                                    

"Gimana? Enak?"

Jelita mengangguk penuh antusias. Rasa nasi goreng buatan sang Kakak memang terbaik dari yang terbaik. Bahkan jika boleh di adu rasanya lebih enak dari buatan koki ternama sekalipun.

Hari ini, seusai pulang sekolah tadi, Jelita memutuskan untuk mampir mengunjungi sang kakak di apartemen tempat selama ini Jeandra tinggal. Selain karena ingin melepas rindu, Jelita juga ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi bersama sang kakak. Ingin mengulang kembali, dan mulai belajar mengikhlaskan kejadian yang membuat mereka berpisah di masa lalu.

"Gak nyangka, ya. Adik kesayangan abang yang dulunya cengeng dan suka ingusan, sekarang udah tumbuh secantik ini," puji Jean sembari mengusap pucuk kepala Jelita penuh kasih sayang.

Jelita tersenyum tulus mendengarnya, "Semua orang berubah kali. Tapi aku heran, abang kok masih sama? Gak berubah sama sekali," katanya kemudian memasukkan nasi kedalam mulutnya.

Jika kalian bertanya-tanya bukankah waktu itu Jeandra tidak mengingat siapa Jelita, ya? Lalu apa ini? Jadi begini, sebenarnya itu adalah rencana Jean dan Altarel. Entah apa motivasi mereka, yang jelas malam itu Jelita dibuat menangis hebat oleh kedua laki-laki itu.

Jantungnya hampir saja copot, takut benar-benar terjadi sesuatu hal buruk, sampai Jean tidak mengingat siapa Jelita, adik kandungnya sendiri. Jelita sempat marah dan tidak mau bicara dengan mereka berdua, namun beruntung Altarel dapat membujuknya dengan bantuan ketiga sahabatnya. Dengan syarat Altarel harus pargoy didepannya selama 15 menit.

Awalanya Altarel sempat menolak mentah-mentah, namun dengan segala ancaman yang Jelita berikan, akhirnya laki-laki itu setuju. Meskipun 2 Minggu kemudian dia harus pasrah menjadi bahan olok-olokan para sahabatnya.

Jelita tidak tau saja, setelah kejadian itu Altarel harus rela mengeluarkan uangnya untuk menutup mulut ketiga Trio Kadal agar tidak menyebarkan vidio pargoynya kepada semua orang. Bisa hancur reputasinya!

"Masa sih? Abang juga berubah kok! Jadi tambah ganteng," balas Jean dengan pd-nya.

"Iya sih. Tapi bukan jadi makin ganteng, malah jadi makin narsis dan nyebelin kayak Altarel," sarkas Jelita sembari tertawa puas

Jeandra tersenyum tipis. Altarel, ya? Sepertinya laki-laki itu berhasil menepati janjinya untuk menjaga Jelita selama ia pergi. Syukurlah Jeandra ikut senang bila melihat Jelita bahagia. Cih! Tidak tau saja sekejam apa perbuatan Altarel dulu kepada Jelita.

"Kelihatannya sayang banget kamu sama Altarel."

"Sayang. Sayang banget bangetttt pokoknya." Penuh semangat dan keceriaan itu terlihat jelas di wajah manis Jelita, "Tapi kalau ditanya siapa laki-laki nomor satunya Jelita, tetap Abang Jean jawabannya."

Beberapa saat kemudian guratan senyuman Jean mendadak pudar, digantikan raut sendu dan kesedihan yang tampak nyata diwajahnya, "Kalau Ayah?"

Hening.

Jelita hanya diam...

"Je..."

"Bang udah, ya. Jelita lagi gak mau bahas itu," potong Jelita cepat, "Mending kita bahas yang lain aja. Oh, iya. Abang belum cerita loh, gimana hidup Abang selama ini? Terus kok bisa ketemu sama Altarel?!"

"Hidup, ya tinggal hidup. Emang mau gimana?"

"Ih, yang bener atuh jawabannya!"

"Ya seperti yang kamu lihat sekarang? Abang bisa tinggal di apartemen mewah gini menurut kamu hidup Abang sengsara? Tenang aja, Je. Hidup Abang tercukupi kok. Semenjak Abang kabur dari rumah waktu itu. Abang berusaha mati-matian buat cari kerja. Mulai dari ngelamar sana-sini dan akhirnya Abang kerja di salah satu restoran milik salah satu temen Abang. Gajinya lumayan sih, buat makan dan bayar uang kontrakan. Tapi ya, namanya juga rezeki ada aja, kan. Setelah 3 tahun kerja jadi manager di restoran itu, Abang memilih resign karena uang yang udah Abang kumpulin selama ini udah cukup untuk bikin restoran yang kamu tau sekarang cabangnya udah ada dimana-mana. Cita-cita Abang akhirnya terwujud dengan hasil keringat Abang sendiri, Je. Akhirnya Abang bisa buktiin ke Ayah, kalau Abang bisa sukses tanpa bayang-bayang Dhananjaya. Dan setelah Abang sukses, dulu rencananya Abang pengen secepatnya ketemu kamu dan bawa pergi kamu dari mereka. Tapi Abang sadar. Mau seburuk apapun, mereka tetap orang tua kita. Abang gak akan pernah tega ngambil kamu dan bikin Mama sedih karena kehilangan anak untuk kedua kalinya. Cukup Abang aja yang kecewain Ayah dan Mama, asal kamu jangan." Kalimat itu seolah menjadi pemicu air mata Jelita saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang