16. Khawatir

2.3K 284 29
                                    

"ANTARIKSA!"

Antariksa mempercepat langkah kakinya. Untuk kesekian kalinya, gadis bernama Bulan itu kembali mengusiknya. Tidak ada kapoknya. Bulan tak pernah jera padahal sudah beribu kata-kata menohok yang Antariksa lontarkan untuk membuatnya berhenti mendekatinya lagi. Tapi gadis itu masih tetap sama, selalu mengganggu ketenangan hidup Antariksa.

Antariksa kira setelah dia mengatakan bahwa ia akan bertunangan dengan gadis lain, Bulan akan berhenti mengusik dan mengejar-ngejar dirinya. Tapi sepertinya Antariksa salah besar. Menyingkirkan Bulan dari hidupnya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Aww... Aduh!"

Antariksa menghentikan langkahnya sesaat ketika mendengar suara kesakitan dari arah belakang tubuhnya. Itu Bulan. Tangannya mengepal kuat, lalu berbalik menghadap Bulan yang tengah tertunduk, dengan rambut yang menutupi wajahnya.

Gadis itu baru saja terjatuh.

Lihat. Bahkan untuk berjalan saja gadis itu masih tersandung dan terpeleset. Benar-benar gadis ceroboh dan menyusahkan.

Dengan susah payah Bulan mencoba berdiri, namun sepertinya kakinya terkilir akibat tersandung tali sepatunya sendiri. Salahnya juga sih, lari-larian. Jika sudah begini, lalu siapa yang akan menolongnya?

Antariksa menggeram kesal. Seingin apapun dia berusaha untuk mengabaikan Bulan dari hati dan pikirannya, laki-laki itu tetap tidak akan bisa. Karena rasa pedulinya terhadap perempuan itu yang terlampau tinggi.

Memang aneh. Tapi itulah kebenarannya. Antariksa tidak bisa untuk tak memperdulikan dan mengabaikan gadis itu begitu saja.

"Sini..."

Bulan mendongak menatap uluran tangan Antariksa yang entah sejak kapan sudah berdiri menjulang dihadapannya. Bulan tersenyum lalu menggeleng pelan, "Gak bisa. Kaki Bulan sakit."

Bulan menerima uluran tersebut dan mencoba berdiri. Namun lagi-lagi Bulan gagal, karena disebabkan oleh kakinya yang sakit. Antariksa lantas memutar bola matanya malas.

Cowok itu lantas langsung berjongkok dan menggendong Bulan bridal style. Dengan terpaksa Antariksa harus melakukan itu. Dirinya masih punya hati. Dan beruntung koridor di sekolah ini masih sepi, sebab masih terlalu pagi untuk datang kesekolah.

"An---_"

"Diem! Atau gue banting."

Bulan langsung diam. Menutup mulutnya rapat-rapat. Berbeda dengan jantungnya yang menggila sekarang ini. Astaga, mimpi apa Bulan semalam bisa digendong oleh Antariksa seperti ini.

Tak berapa lama mereka berdua telah sampai ditempat. Tanpa basa-basi Antariksa lantas langsung membuka pintu UKS dengan kakinya cukup kencang.

Dan betapa terkejutnya mereka ketika menemukan sosok Regal yang tengah berleha-leha di salah satu ranjang yang ada di UKS sana.

"Lan, kamu kenapa?!" tanya Regal terus bangun dan menghampiri Bulan juga Antariksa yang masih terdiam di depan pintu ruang UKS.

"Bisa minggir!" suruh Antariksa dengan nada dingin.

Regal lalu menyingkir membiarkan Antariksa melewatinya, dan merebahkan Bulan di salah satu ranjang yang ada disana.

Laki-laki dengan lesung pipi itu bergerak, mencari kotak P3K disalah satu rak yang ada di ruangan tersebut.

Setelah mendapatkan apa yang ia perlukan. Antariksa lantas menghampiri Bulan dan duduk disisinya. Tak memperdulikan Regal yang tengah menatap keduanya dengan alis mengkerut, pertanda bahwa ia cemburu.

"Ish, sakit..." Bulan meringis ketika merasakan kakinya ditekan oleh Antariksa.

Antariksa menatap gadis itu sekilas, "Lagian lo juga sih. Ceroboh banget jadi cewek. Lari-larian terus kayak anak kecil aja. Kalau udah gini, bisanya cuma nangis terus ngeluh sakit. Bisa gak sih, lo tuh jangan bikin orang disekitar lo pada khawatir. Lo tuh udah gede, Lan."

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang