11. Rumah Sakit

2.7K 310 17
                                    

"Kak, kayaknya ada yang ngikutin kita dari belakang deh," ucap Hazel sambil sedikit menoleh kearah belakang.

Arkana melirik kearah spion sekilas, "Gue tau." Kemudian melajukan motornya dengan kecepatan lebih tinggi dari sebelumnya, "Pegangan yang kenceng. Gue mau ngebut."

Hazel menurut dan melingkarkan tangannya pada perut Arkana dengan erat. Entah siapa orang-orang dengan motor hitam misterius yang mengikuti mereka. Yang jelas Hazel yakin, orang-orang itu pasti musuh yang mengincar Arkana.

Khusus hari ini Hazel pulang bersama dengan Arkana. Lantaran laki-laki itu memaksanya dengan ancaman. Jika dia tidak menurut, maka laki-laki dengan senyum kotak itu akan datang kerumahnya dan memberi tau orang tua nya bahwa Hazel dan dirinya telah berpacaran.

Tentu Hazel tidak ingin itu terjadi. Dan dengan terpaksa ia mengiyakan permintaan Arkana untuk mengantarkannya pulang.

Namun baru setengah perjalanan. Motor yang ditumpangi olehnya dan juga Arkana tengah diikuti oleh orang-orang tak dikenal.

Arkana melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Sambil memegang tangan Hazel yang masih memeluknya erat. Sebenarnya Arkana mampu untuk melawan orang-orang tersebut. Tapi sekarang kondisinya ia tengah bersama Hazel. Tentu saja laki-laki itu tidak mau membuat Hazel dalam bahaya. Sehingga untuk sekarang ini Arkana lebih memilih untuk menghindar.

Tetapi sepertinya takdir berkata lain, Arkana masih kalah cepat dengan orang-orang itu. Kali ini Arkana dan Hazel sudah terkepung dijalan sepi dan buntu dengan sekitar 15 pria berjaket serta masker hitam mengelilingi mereka berdua.

Arkana dan Hazel turun dari motor secara bersamaan. Dengan tangan Arkana yang masih setia menggenggam tangan kecil milik Hazel kuat.

"Siapa kalian?" tanya Arkana tenang. Sepertinya tidak ada pilihan lain selain melawan.

Tak mendapat jawaban, orang-orang berjaket hitam itu justru tanpa basa-basi langsung menyerangnya dengan pukulan.

Arkana maju menghabisi satu persatu orang-orang misterius tersebut. Sementara Hazel, gadis bermata kucing itu masih berdiri ditempatnya. Ia percaya Arkana masih bisa menangani mereka semua.

Matanya menelisik. Bibirnya terangkat menatap objek didepan sana. Dimana ada salah satu orang yang mengarahkan pisau kearah Arkana yang masih tak sadar sebab tengah sibuk berkelahi.

Dengan cepat Hazel langsung berlari dan memelintir tangan pria itu. Menendang dan merampas pisau itu dari tangannya sebelum berhasil mengenai perut Arkana.

"Hati-hati," ujar Hazel sambil menatap Arkana datar.

Arkana menoleh kearah Hazel dengan tatapan terkejutnya, lalu kemudian tersenyum simpul dan mengangguk. Hazel masih sama ternyata.

"Sini lo lawan gue!" pekik gadis itu kencang.

Sekitar lima pria datang menghampirinya. Hazel lantas membenarkan sedikit kunciran rambutnya dan meregangkan tubuh guna melemaskan otot-ototnya.

Dengan gesit Hazel menendang, memukul bahkan menangkis segala serangan yang ditodongkan kearahnya. Hazel menginjak tangan, menyerang tanpa beban sampai menimbulkan suara teriakan kesakitan yang menggema dari orang-orang itu.

Tak sampai 10 menit lawannya sudah dibuat tumbang babak belur. Hazel berjalan menghampiri orang-orang yang sudah tergeletak tak berdaya dibawah kakinya, "Siapa kalian sebenarnya?"

"A-ampun..." Salah satu pria itu bersuara dengan susah payah.

Bugh!

Hazel beralih fokus menuju kearah Arkana yang masih melawan pria-pria itu dengan kewalahan. Beberapa luka dan memar sudah Arkana dapatkan. Namun, laki-laki itu masih tak kunjung gentar. Dia terus melawan orang-orang itu dengan sisa tenaga yang ia punya.

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang