26. Dia Berhak Bahagia

1.9K 208 13
                                    

"Mami?!"

Sastra terkejut bukan main. Benarkah? Benarkah yang ada dihadapannya ini bukan mimpi belaka kan? Sastra masih tidak menyangka. Setelah sekian lama wanita yang ber-status sebagai Ibunya itu akhirnya ingat rumah juga.

"Hello, darl! Mami missed you so much, El," pekik Mami sembari memeluk Sastra erat.

"Oh my god! 3 bulan gak ketemu, kamu semakin cantik Sastra. Gak heran sih, kamu 'kan anak Mami. An-----"

"-----Anak dari Sakura Massayu tentu tidak akan pernah gagal dalam hal apapun. Itu 'kan yang Mami mau bilang?"

Sakura tertawa ringan, "Kamu memang duplicate Mami banget Sastra. Gimana kabar kamu? Tiga bulan kita gak ketemu. Mami pasti ketinggalan banyak info tentang perkembangan kamu."

"Oh, iya. Gimana sama latihan piano nya? Do you like it? Ah, pasti menyenangkan, ya. Lain kali Mami akan luangkan waktu buat temani kamu berlatih. Kamu tau 'kan betapa susahnya Mami minta tolong sama Mr. Ronald buat bantu ngajarin kamu. Dia itu orang sibuk, Sas. Jadi Mami minta sama kamu untuk tidak mengecewakan Mami, okay." Selalu seperti ini. Sastra sudah terlalu terbiasa dengan segala tuntutan kedua orang tuanya.

"Dan sekedar pemberitauan aja nih untuk kamu, Mami sudah mendaftarkan kamu ke salah satu tempat Les Musik punya teman Mami. Kamu senang 'kan? Oh, pastinya senang dong! Jadi kamu nanti bisa mencoba segala jenis alat musik baru. Bukan mahir dalam main piano aja. Mami yakin kamu pasti akan belajar banyak hal disana nanti."

Sastra terbelalak? Les musik? Apa Mami-nya sudah gila! Kenapa tidak memberitahu Sastra terlebih dahulu jika ingin memasukkannya ketempat itu.

Kenapa selalu seenaknya seperti ini?

"Les musik? Sorry, Mom, I can not. Sastra sudah terlalu banyak kegiatan. Ekskul, Les privat sama Mrs. Jennie, Les Piano sama Mr. Ronald. Les nyanyi sama Mrs. Diana. Ditambah ini? Sastra gak bisa. Sastra takut waktu belajar Sastra akan terganggu nantinya. Mami tau 'kan Papi pasti akan marah besar kalau sampai nilai akademik Sastra turun." Gadis bermata bulat itu mencoba memberikan pengertian.

"Sas, Mami janji kamu gak bakal kecapekan. Lagian 'kan gak setiap hari juga Les-nya. Mami yakin kamu pasti bisa. Dan soal Papi kamu biar nanti itu Mami yang urus. Kamu gak usah ngikutin dan dengerin apa kemauan Papi mu itu. Lagian kalau urusan perceraian Mami sama Papi udah selesai disini nanti Mami bakalan ajak kamu balik ke Kanada. Kamu kuliah seni disana. Mami jamin kamu akan sukses besar jadi seorang penyanyi disana nanti. Mau, ya, Nak?" bujuk Sakura sembari menatap sang anak penuh harap.

Sastra diam. Jadi memang benar adanya. Sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan didalam keluarga ini. Mami dan Papi memilih untuk berpisah. Dan Sastra tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

Dua-duanya sama-sama egois!

"Kanada, ya? Terus Kak Lia gimana? Mami gak peduli lagi sama Kak Lia? Mami mau ninggalin dia juga setalah apa yang udah Mami sama Papi perbuat ke Kakak, dengan kalian memaksakan kehendak kalian masing-masing ke Kak Lia. Mami gak sayang lagi sama Kak Lia?!" bentak Sastra dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Sayang..."

"No, mom! Please, listen to me!  Kali ini biar Sastra yang bicara. Sastra tau seorang anak itu harus selalu patuh dan menghormati kedua orang tuanya. Harus bisa menjadi anak yang berhasil agar bisa membanggakan orang tuanya. Sastra tau itu. Tapi orang tua juga punya kewajiban bukan? Kewajiban untuk selalu menjaga dan menyayangi anak-anaknya. Tidak memaksakan kehendak dan kemauan pribadi masing-masing. I am sorry if i am wrong. But, please dengerin aku. Aku punya jalan hidupku sendiri, Mi. Aku bukan boneka kalian. I'm a human not a robot. Aku tentu bisa capek juga," lirih Sastra terlihat putus asa.

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang