03. Insiden Bola Basket

3K 341 20
                                    

Siang ini Jelita tidak ikut kekantin bersama ketiga sahabatnya. Alasan pertama karena dia harus belajar untuk menghadapi Ulangan Harian Kimia selesai istirahat nanti. Dan alasan kedua adalah, dia ingin menghindari Altarel.

Bukan nya apa-apa, hanya saja Jelita terlalu malas untuk menemui dan bertegur sapa langsung dengan laki-laki itu sejak kemarin. Sebisa mungkin Jelita akan berusaha menghindar dari Altarel sampai gadis itu benar-benar siap nantinya.

Dikelas ini Jelita tak sendirian. Ada Arsen, salah satu teman sekelasnya yang terkenal dingin dan pendiam yang sekarang ini tengah tertidur dengan headphone yang tersemat rapi dikedua telinganya.

Jelita menggeleng pelan melihatnya, Arsenal Lintar Anggara namanya. Cowok paling kalem, cuek dan juga irit bicara dikelasnya.

Laki-laki itu benar-benar sebelas dua belas sama persis dengan Altarel menurutnya. Pendiam dan tak tersentuh.

Hanya bedanya adalah, Altarel itu populer dan juga wakil ketua geng besar Dangerioz. Sedangkan, Arsen ia hanyalah siswa laki-laki biasa pada umumnya.

"Gitu banget ngeliatinnya."

Jelita langsung terlonjak kaget. Ia lantas mendongak menatap sang lawan bicara. Dan benar saja, dihadapannya kini tengah berdiri sosok Altarel yang kini sedang menatapnya tajam.

"Ngapain lo disini?" tanya Jelita bingung.

Altarel tak menggubris dan langsung mendudukkan bokongnya di kursi yang ada disamping Jelita.

"Kenapa gak kekantin?"

"Lo sendiri kenapa malah kesini? Bukannya ke kantin." tanya Jelita balik.

"Males." Mendengar jawaban dari cowok disampingnya itu, Jelita hanya bisa mendengus sebal.

Niat hati ingin menghindari Altarel, eh malah orangnya sendiri yang langsung nyamperin dia ke kelasnya. Benar-benar sial sekali hari ini.

"Dia siapa?" celetuk Altarel sambil menoleh kearah Arsen yang masih tertidur pulas dibangkunya.

Jelita menjawab, "Arsen namanya. Kenapa? Cemburu lo karena gue ngeliatin dia barusan?" Altarel terkekeh pelan mendengar penuturan tunangannya itu, "Enggak sih. Cuma penasaran aja gue, seganteng apa sih dia sampai-sampai bisa bikin seorang Jelita Dhananjaya terpesona kayak gitu ngeliatinnya. Mana sampai gak kedip lagi."

"Dih, siapa coba yang terpesona." Jelita membantah tak terima.

"Serius gak suka? Dia ganteng lo, Ta. Yakin gak naksir?" ejek Altarel jahil.

Jelita hanya mendesis pelan sambil menatap laki-laki itu garang plus juga heran. Ini kenapa Altarel jadi bawel begini sih?

"Apa sih lo! Masa cuma ngeliatin si Arsen aja dibilang naksir. Sehat lu?" cerca Jelita sedikit ketus, "Dan lagi kalau gue beneran naksir sama si Arsen, gue yakin besoknya itu cowok pasti bakalan langsung mati ditangan manusia iblis kayak lo!"

Altarel terkekeh pelan mendengarnya. Jelita memahami nya juga ternyata, "Emang gue seburuk itu ya dimata lo?"

Tanpa ragu Jelita langsung mengangguk mengiyakan. Toh, memang benar Altarel memang seburuk itu. Udah kasar, jutek, sinis, cuek, sok cool, sok berkuasa, suka sok tebar pesona lagi. Emang dipikir dia ganteng apa? Ya, walaupun emang beneran ganteng sih.

Ah, pokoknya Altarel adalah cowok paling buruk dimata Jelita titik!

"Lo kemana kemarin?"

Jelita langsung menghentikan aktivitasnya. Duh, tamat sudah riwayatnya. Altarel pasti marah kepadanya sebab dari semalam Jelita tidak memberi kabar pada laki-laki itu.

Lovesick GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang