"Lo semua datang gak ke ulang tahunnya Nada." Sastra bertanya kepada empat sahabatnya.
"Kapan?"
"Hazel! Jangan bilang kalau lo belum baca undangan yang gue kasih kemarin!" sentak Sastra tajam. Sementara Hazel, gadis dengan mata kucing itu dengan tanpa rasa bersalah malah mengangguk mengiyakan.
Toh, memang benar. Hazel tidak sempat membaca undangan yang dikirimkan Sastra kemarin. Gadis itu terlalu sibuk mencari dalang dibalik penyerangan dirinya dan Arkana beberapa Minggu lalu. Ya walaupun Hazel sudah menemukan siapa bosnya. Tapi masih ada yang janggal dan Hazel harus selidiki lebih dalam agar tidak ada korban lagi.
Hazel harus selalu waspada kapanpun dan dimanapun....
"Gue datang kok. Hari Sabtu ini 'kan?"
Sastra menghela nafasnya panjang. Untung Jelita tidak seperti Hazel yang pelupa, "Iya. Gue gak mau tau kita berempat harus datang barengan tanpa terkecuali. Gue gak mau, ya jadi jomblo sendirian disana nanti."
Sepertinya Sastra melupakan beberapa hal...
"Gue nanti sama Altarel datengnya," sahut Jelita sembari memakan Roti Nanas pemberian Bulan dengan hikmat.
"Eumh, Bulan juga udah janjian sama Antariksa mau pergi kesananya berdua. Maaf, ya Sastra." Kini gantian Bulan yang angkat suara.
Menepuk jidatnya pelan. Sastra melupakan satu fakta bahwa ketiga sahabatnya ini sudah sold out semua. Ya, walaupun ada Hazel yang menerima Arkana dengan terpaksa tapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa gadis itu sudah punya gandengan untuk kepesta nanti.
Lalu Sastra harus bagaimana dong? Tidak mungkin kan mengajak Aksara. Laki-laki itu pasti menempel terus pada Nada. Sastra mana mau jadi nyamuk. Dan lagi sekarang Sastra harus mulai terbiasa sendiri agar tidak bergantung terus menerus pada Aksara. Mereka tentu tidak bisa selalu seperti ini terus kan...
"Zel, lo pergi sama gue 'kan?" Sastra terlihat melas. Berusaha untuk meluluhkan hati Hazel untuk pergi bersamanya.
"Gue---___"
"Hazel pergi sama gue!" Belum sempat Hazel melanjutkan ucapannya Arkana sudah terlebih dahulu datang dan memotongnya.
"Hellowww ciwi-ciwi kesayangannya Abang Jingga!"
Dengan hebohnya Jingga datang dan langsung mendaratkan lengannya berniat merangkul Sastra. Sebelum akhirnya ditepis kasar oleh Aksara yang juga datang bersamaan dengan inti Dangerioz yang lain.
"Tangan lo! Jangan kebiasaan!" garang Aksara.
"Yaelah refleks doang, Sa! Orang Sastra-nya juga gak masalah kok! Dasar! Possessive banget lo jadi cowok!" sinis Jingga merasa tak suka dengan sikap berlebihan Aksara.
Seolah tak peduli Aksara lalu mendudukkan dirinya disebelah Biru yang sialnya berhadapan langsung dengan Sastra.
"By the way kalian tadi lagi ngomongin apaan nih?! Seru banget kayaknya," tanya Boim penasaran.
"Kak Boim jelek! Jadi gak usah kepo!"
"Stroberi mangga asem. Sastra kakean cangkem!" balas Boim dengan pantun. Adik kelasnya ini masih saja bersikap sewot terhadapnya, "Gue ganteng gini masa dibilang jelek. Berobat lu!"
"Anjay! Boim slebewww." Jingga bertepuk tangan.
Sastra memanyunkan bibirnya sebal, "Bodoamat!" Lalu tanpa ingin menanggapi lebih jauh lagi. Sastra lebih memilih melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda tadi bersama Hazel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovesick Girls
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] {On Going} _The Begin --Blackpink ft Boys-- Kisah ini menceritakan tentang 4 gadis remaja. Jelita, Hazel, Bulan dan Sastra. 4 gadis yang dipaksa untuk harus terus bertahan didalam alur tuhan yang tak pernah sejalan. Je...