#18. Namanya, Desa Rumpi

197 22 3
                                    

Maaf ya update nya akhir - akhir ini lama banget, lagi masa - masa ujian :") nanti kalau udah kelar sama ujian gue bakal up banyak deh hehe.

Semangat buat kalian yang udah mulai masuk sekolah, ujian kuliah, atau kerja di tahun baru ^^

-Lal.

🕊️🕊️🕊️

Dirga kini berdiri di salah satu bangunan rumah yang tampak sederhana dan bisa dikatakan 'nyaman'.

Mata Dirga beralih menatap seseorang berbadan kurus dan wajah sedikit keriput yang sedang berdiri di depan pintu rumah.

"Masuk nak Dirga, Carla nya masih siap - siap." Dirga yang mendengar lantas menurut dan berjalan masuk ke rumah itu.

"Permisi..." Suara nya terdengar pelan namun bisa di dengar oleh seseorang yang berjalan di depan nya.

"Carla cepat, Dirga sudah menunggu dibawah!"

"Iya yah, sebentar..."

Benar, ini rumah Carla dan yang mengajak Dirga masuk itu Ayah nya Carla.

"Duduk dulu nak Dirga, Carla itu suka lama sekali."

Dirga tersenyum lalu mengangguk sopan dan menuruti ucapan sang tertua.

Ia duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu rumah Carla, ia menatap sekeliling yang penuh dengan foto keluarga dan hiasan rumah. Satu hiasan yang membuat Dirga memancarkan senyum tipis hingga tidak terlihat.

Oh Dirga sampai lupa bahwa dia sedang memacari gadis yang berbeda Tuhan dengannya. Dia hanya bisa tersenyum tipis, rumah ini sungguh cantik, mewah sama seperti rumah nya. Yang berbeda hanyalah hiasan dinding nya, rumah Carla yang dipenuhi hiasan natal, patung bunda maria berbeda dengan rumah Dirga yang dikelilingi kaligrafi dan ayat - ayat suci Al-Qur'an yang di print kan Bang Mahendra dan di letakkan diruang tamu dan ruang tengah.

"Mau kemana nih?" Tanya Ayah Carla pada Dirga yang kini duduk dihadapannya. Pandangan Dirga kini beralih menatap Ayah Carla yang duduk di depannya.

"Oh, saya mau ajak Carla keliling Bandung om." Ujar Dirga dengan sopan dan menunduk seperti meminta izin.

Sang Ayah mengangguk lalu tersenyum tipis. Ia bersyukur, bersyukur karena sang anak memilih lelaki yang tepat. Tapi tidak tepat juga karena mereka berbeda, berbeda keyakinan.

"Saya mau ngomong sesuatu sama kamu tentang hal serius, bisa? Sebentar saja sambil menunggu Carla."

"Oh boleh kok om, mau bahas apa?"

"Soal hubungan kamu, tapi di teras depan saja ya takut kedengaran sama yang lain jadi gak enak."

Dirga lantas mengangguk lalu mengikuti langkah Ayah Carla yang membawa nya ke teras rumah.

Setelah duduk hanya keheningan yang menjadi saksi mereka, belum ada yang membuka suara. Rasa canggung di dalam benak Dirga mulai muncul.

"Om? Tadi katanya?"

"Oh iya gini, kamu kan lagi pacaran sama anak saya ya. Sudah tau kan resiko nya gimana?"

Dirga mengangguk lalu tersenyum tipis, "saya juga mau bahas itu sama Carla hari ini."

"Nak dengar, saya mau bilang makasii banyak... Makasii sudah mencintai anak saya dengan setulus hati kamu, tapi saya mohon untuk terakhir kali saya mohon sama kamu ya nak, pikirkan lagi kedepannya bagaimana, ya? Saya malah senang banget anak saya dapat laki - laki seperti kamu nak, tapi saya memikirkan resiko anak saya juga nak. Maaf ya dan terimakasih sudah mencintai anak saya. Janji sama saya, jaga anak saya sebelum kamu bisa melepaskan dia ya?"

DIRGANTARA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang