#29. Tentangmu Akan Selalu Abadi

274 28 8
                                    

Happy Reading!!💖

"Selamat Haikal, bukunya berhasil naik cetak dan peminat nya juga banyak sekali. Oh iya sama buku nya sudah pada masuk ke toko buku semua ya, sekali lagi selamat."

Haikal yang mendengar itu lantas tersenyum lebar lalu membalas jabatan tangan sang penerbit dan editor buku.

"Terimakasih kak, bang tanpa kalian saya gak bisa apa - apa."

"Sama - sama Haikal, salam buat keluarga kamu ya dan turut berduka juga. Maaf kemarin gak bisa mampir kerumah tapi saya bantu doa yang terbaik buat kalian."

Setelah perginya penerbit dan editor Haikal bergegas ke rumah buat membagikan buku - buku yang ada di pegangan nya untuk di berikan kepada orang rumah.

Ia menjalankan motornya membelah jalanan Bandung yang cerah siang ini. Senyum nya terkembang indah, ternyata selama ini yang ia lakukan tak pernah berakhir sia - sia.

Semua dimulai dengan berusaha dan berdoa, Haikal selalu ingat pesan sang Mamah bahwa doa itu penting bagi segala kegiatan kita karena kalau cuma berusaha gak akan cukup.

Ia memarkirkan honda nya di halaman rumah lalu berlari masuk kedalam dengan tergesa - gesa membuat Mamah yang tengah membersihkan ruang tengah terkejut bukan main.

"Astaghfirullah Mas kalau buka pintu itu pelan - pelan, ucap salam juga ini main nyelonong aja." Omelan Mamah mulai terdengar membuat Haikal terkekeh ringan.

"Iya Mah Mas minta maaf oh iya assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam, kenapa Mas? Terburu - buru banget kayak di kejar anjing aja."

"Eh enggak Mah ini Mas mau bagiin buku hehe."

"Buku apa? Ada untuk Mamah kan?"

"Ada dong satu rumah kebagian juga." Jawab Haikal dengan senyum yang secerah matahari. Setelah berbulan - bulan menghilang kini senyum itu terpancar lagi, yang bulan lalu hanya dipenuhi senyum tertahan, terpaksa beda lagi sekarang senyum yang benar - benar senyum bahagia.

"Mana sini coba Mamah lihat."

Haikal makin bersemangat saat merogoh plastik yang ia bawa lalu mengulurkan buku itu kearah Mamah.

Mamah menatap buku itu lalu tersenyum tipis saat membaca judulnya lalu nama penulis nya yang berubah. Bukan lagi nama Dirgantara melainkan nama Haikal.

"Oh iya kok dirubah nama penulisnya Mas?" Tanya Mamah dengan wajah raut bingung.

"Ohh itu Mah, kata penerbit nya karena Mas yang tanda tangan jadinya nama Mas aja. Toh 'Dia' dulunya juga gapapa." Jawab Haikal seadanya dan Mamah mengangguk setuju.

"Yasudah Mamah simpan di rak buku ruang tamu ya?"

"Oke bos siap, Haikal ke kamar atas dulu mau bagiin satu - satu."

Tanpa menunggu jawaban sang Mamah, Haikal berlari menuju lantai atas membuat derap langkah kaki nya memenuhi rumah itu.

"Mas pelan - pelan itu tangga."

"Astaghfirullah, gak sadar umur masih lari - lari."

Mamah hanya mampu menggelengkan kepala lalu berjalan ke rak buku yang berada di ruang tamu, lalu meletakkan buku itu di sana dan Mamah mulai melanjutkan kegiatan nya yang tertunda.

"Di dalam buku ini, akan banyak orang - orang tau bahwa menjadi 'Kamu' adalah sesuatu Anugerah yang Tuhan beri. Kamu akan selalu abadi, Dirgantara."

🕊️🕊️🕊️

Chandra menatap buku yang berada di tangannya dengan raut datar. Ia sama sekali tak membuka suara.

Ia bingung harus bereaksi seperti apa tentang buku ini, apa sedih? senang? terharu? Ia tidak tau.

DIRGANTARA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang