#32. Ketakutan Jeremy Pada Malam Itu

278 21 6
                                    

Happy Reading!!💖

Jeremy menatap Ayah nya dengan tatapan tak mengerti, kenapa pagi - pagi sekali dia sudah disuguhi pemandangan tak biasa?

Bagaimana tidak? Lihatlah ini masih jam 8 pagi tapi Ayah nya sudah rapi dengan setelan kerja bukan lebih ke setelan pergi jauh dengan koper yang dibawa nya.

"Ayah beneran mau ke Jepang?" Begitulah pertanyaan yang keluar dari mulut Jeremy setelah mencerna yang baru saja ia lihat.

Ia baru saja bangun dan ingin bersiap - siap ke kampus tapi pagi ini sudah di perlihatkan dengan sang Ayah yang benar - benar ingin pergi.

Ayah nya lantas mengangguk dan mengajak Jeremy sarapan. Jeremy pun lantas pergi ke kamar mandi buat menyegarkan badan lalu setelah itu ikut sarapan dengan Ayahnya.

Ayahnya ke Jepang karena sedang membangun perusahaan baru disana dan memilih mengambil yang disana. Yang di Indonesia gimana? Kata Ayah nya perusahaan yang di Indonesia Jeremy yang ambil alih.

Jeremy toh gak masalah asal jangan ganggu jadwal kuliah nya aja dia bakal aman - aman aja.

Setelah sarapan Jeremy bergegas ke garasi mobil sambil menunggu sang Ayah yang masih siap - siap di dalam takut ada barang yang tertinggal.

Memang ini udah jalannya, jalan yang harus ia ambil jika orang tua berpisah. Memilih ikut Ibu atau Ayah atau malah memilih hidup sendiri?

Jeremy memilih hidup sendiri asal ada uang mah dia gak masalah.

"Yokk nak, kamu juga ada kelas siang kan?" Tegur sang Ayah membuat lamunan Jeremy buyar, ia lantas mengangguk dan mulai menjalankan mobilnya.

🕊️🕊️🕊️

"Belajar yang benar ya? Ayah tunggu kamu datang ke Jepang." Ujar sang Ayah sambil mengelus pundak sang anak.

"Iya Yah, Ayah hati - hati disana."

"Tentu, kamu juga baik - baik disini. Kalau Ibumu datang kerumah kasih masuk aja paling dia rindu kamu. Oh iya sama kalau ada masalah dengan perusahaan disini kabari Ayah aja ya? Terus kalau datang ke Jepang jangan lupa bawa calon."

"Heh Ayah cerewet banget deh udah masuk sana, udah mau berangkat tuh." Ujar Jeremy membuat sang Ayah terkekeh ringan dan memeluk sang anak erat.

"Maaf ya, maaf Ayah bukanlah orang tua yang baik buat kamu, maaf karena Ayah keluarga yang kamu impikan hancur melebur gitu aja, maafkan Ayah ya nak, Ayah harap kehidupan kamu nanti tidak seperti Ayah dan Ibu kamu. Dibalik kehancuran keluarga masih ada orang tua yang peduli sama kamu nak, jaga diri kamu baik - baik ya? Maafkan Ayah, maafkan Ayah telah menjadi orang tua yang gagal buat kamu..." Lirihnya di tengah isakan membuat Jeremy makin mengeratkan pelukannya.

Benar kata Ayah nya, keluarga utuh adalah impiannya, tapi Tuhan berkata lain ia tidak bisa apa - apa selain diam. Mau marah, marah sama siapa? Yang salah disini bukan Ayah dan Ibunya tapi semesta lah yang salah. Telah membuat alur cerita hidup keluarga mereka jadi berantakan.

Ayah melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang mengalir di pipi sang anak lalu mengelus pundak dan kepala nya.

"Ayah pergi dulu ya, jangan lupa mampir ke Jepang. Ayah menunggu kamu, Jeremy."

🕊️🕊️🕊️

Sebuah mobil yang di kendarai Jeremy kini terparkir di tempat yang telah disediakan. Ia lantas keluar dari mobil, menatap gerbang yang berdiri kokoh di depannya dengan tulisan diatas nya...

DIRGANTARA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang