Happy Reading!!💖
Malam yang dulunya terasa hangat menjadi dingin, angin malam mulai menusuk tubuhnya hingga ke tulang. Laki - laki dengan setelan santai nya dengan kaos lengan pendek dan celana pendek nya kini tengah duduk di salah satu kursi yang berada di teras depan rumah.
Ia menatap langit malam dengan tatapan sendu, lalu senyum tipis terukir di wajahnya kala mendengar ponsel nya bergetar ringan pertanda pesan masuk.
Penerbit
Haikal, bisa besok datang ke penerbitan? Buat melihat detail buku nya? Sama cek cover bukunya? Kalau bisa kabari saya aja ya, di jam 10 pagi.
20.12Haikal, ia menghela napas nya sesaat lalu membalas pesan itu bahwa ia bisa datang kesana di jam yang telah di tentukan.
Haikal kembali meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap langit malam yang penuh dengan bintang kecil.
Ia jadi teringat ucapan Dirga dulu yang ingin menjadi salah satu bintang di langit. Menurut Dirga kalau dia bagian dari bintang itu langit bakalan cantik.
"Sekarang udah rasain jadi bintang di langit kan?" Hening, tidak ada jawaban. Haikal tersenyum tipis, memang siapa yang mau menjawab yang ditanya juga gak ada.
Matanya melirik kearah pintu yang terbuka menampilkan tubuh seseorang yang berbadan tegap ikut menyusul duduk di sebelahnya.
"Bang Mahen mau balik ke Yogya kan besok? Buat mengajukan surat perpindahan kerja?" Tanya Jovan pada Haikal yang kini tengah menatap nya dengan tatapan tak terbaca lalu ia mengangguk membenarkan ucapan Jovan.
"Terus ngapain lo diluar? Dingin gini mana pakai pakaian lengan pendek lagi." Jovan melontarkan banyak pertanyaan yang mampu membuat Haikal menatap nya dengan menaikkan alis satu bingung.
"Ya suka - suka gue, terus napa lo ikutan duduk disini juga?"
"Ya gue pikir lo kesepian jadi gue mau ikut duduk aja." Jawab Jovan seadanya membuat Haikal menatapnya jengah. Kesepian katanya? Ya memang Haikal merasa kesepian, karena biasanya bakalan ada seseorang yang bertanya harus gimana untuk kelanjutan cerita nya.
"Kalau gue memang kesepian kenapa memangnya?" Tanya Haikal pada Jovan yang tak membalas pertanyaan Haikal barusan.
Sudah seminggu berlalu kepergian Dirga, tidak ada yang berubah. Yang berubah hanya suasana rumah yang tak seramai dulu lagi. Rumah yang dulunya penuh dengan tawa, candaan dan gurauan kini hanya terisi kesunyian, keheningan dan setiap malam pasti di salah satu kamar bakalan ada suara tangis tertahan.
Angin malam itu makin kencang disusul dengan hujan deras, bintang yang tadinya sempat menghiasi malam pun menghilang diganti langit gelap yang tak ada bintang maupun bulan di dalam nya.
"Yuk masuk, udah malam juga." Suara Jovan memecahkan keheningan di antara mereka. Haikal melirik ke ponsel nya yang tertera sudah jam menunjukkan pukul 21.20 lantas ia mulai berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah.
Sementara di kamar Chandra, ia sedang menatap langit malam dari jendela kamarnya. Hujan makin deras seolah tak ada pertanda akan berhenti.
Ia duduk di pinggiran jendela kamar, matanya masih menatap langit malam yang telah menurunkan hujan. Helaan napas pun keluar dari mulutnya, ia melirik ke salah satu kasur yang sudah seminggu ini tidak ada yang menempati nya lagi. Hanya tertinggal selimut frozen dan boneka elsa disana yang masih tertata rapi.
Sepi, itulah yang dirasakan Chandra saat ini. Ia merasa hujan bukanlah suatu hal yang indah, tapi hujan bisa membuat orang yang di sayang pergi. Contohnya Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA ✓
Fiksi PenggemarDirgantara Bagaskara, seseorang yang ingin meraih mimpinya menjadi penulis terbaik dan ingin tulisannya di nikmati semua orang yang membaca. ©onyourrlala start : 10 November 2021 end : 12 Maret 2022