TR #9

4.8K 516 51
                                    

"Alur cerita emang berubah, tapi endingnya?"

{Veronica Claire}

Veronica PoV

Halo, ketemu lagi sama gue. Eh ngomong ngomong ini udah hari terakhir hukuman gue, dan ada banyak yang berubah setelah insiden gue pingsan.

Contohnya Allard. Dia selalu rajin kesini setiap hari entah buat ketemu ayah atau kak El. Terus apa yang beda? Beda lah, sekarang dia selalu ingetin gue buat makan atau bahkan dia sendiri yang bawa makanan buat gue makan. Suka gak di perhatiin kaya gitu? Suka mah pasti. Tapi bukannya terkesan perhatian, dia lebih mirip emak-emak yang sawan karena gak bisa jaga anak perempuannya dengan baik.

Setiap jam makan, gue yang tadinya sendirian langsung ngerasa ada mahkluk lain yang ternyata si Allard. Mukanya datar banget, ngasih makanan juga kaya gak iklas. Gak ramah ah, bintang satu.

Setiap kasih makanan dia juga bilang, "makan, aku tidak ingin kau mati dengan cepat."

Liat sendiri kan? Nyelekit banget omongannya.

Oke, stop ngomongin Allard. Hal selanjutnya yang mau gue kasih tau adalah tentang ayah dan kak El (atau bahkan satu negri?). Emangnya mereka kenapa? EHEHEHE, selama seminggu ini gue ngajarin mereka cara menjadi warga +62.

Flashback

Ini adalah hari kedua hukuman gue. Kak El udah mulai mau ngomong sama gue lagi karena khawatir akan kesehatan gue, bahkan sekarang kita lagi duduk di bangku taman kesukaan gue.

Lagi hening heningnya, tiba-tiba gue kepikiran ide gila. Gue kepikiran buat ngajarin dia tabiat warga Indo.

"Kak, apa kau ingin belajar sesuatu?"

"Belajar apa? Semua buku di perpustakaan kan sudah ku baca semua."

"Tentu saja belajar bahasa, aku jamin kakak akan menyukainya."

"Emm, baiklah. Apapun untuk membuatmu senang." Aww, so sweet banget kakak gue yang satu ini.

"Begini, jika kau menyukai seseorang, maka ucapkan 'aku mencintaimu' dengan memberikan jari tengah." Ucap gue dan sambil contohin cara ngasih jari tengah ke orang.

"Jari tengah? Apa seperti ini?" Dia mulai niruin gerakan yang gue contohin.

PFTT... AHHAAHAHHA, DIA NURUT BANGET!

"Benar, seperti itu kak. Itu juga bisa di gunakan jika kau menghormati seseorang."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Kau harus berkata 'fucek' karena atinya sama dengan 'aku menghormati mu'. Intinya agar terlihat lebih sopan."

Gue liat dia cuma ngangguk terus pergi gitu aja. Sebenarnya saat itu gue kira dia gak suka gue ajarin, ternyata gue salah besar.

Malemnya, gue, Kak El, dan ayah ngumpul di ruang kerja ayah. Kita ngebahas masalah yang waktu itu, pungli. Di tengah perbincangan, ayah meminta pendapat kak El.

"Aku menerima apapun langkah yang akan ayah ambil, fucek." Ucapnya dengan mengacungkan jari tengah.

Jari tengah?

Transmigration? Really?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang