Bonchap: Samuel

1.3K 146 14
                                    

"Lagi-lagi dia hanya seorang yang lelaki brengsek."

Third PoV

"Gak mau tau, pokoknya aku mau ke Cappadocia!" Teriak seorang wanita.

"Sayang, kamu laper? Mau mas masakin?"

"It's my dream mas, not her's!"

"Sayang, udah ya. Kamu mau apa? Ayam KFC satu ember? Berhenti nonton filmnya, ini udah malem banget."

"Hehe. Aku mau nasgor Ta, beliin ya?"

"Rin, ini jam dua malem. Jarang tukang nasi goreng yang lewat loh jam segini. Mas masakin aja ya? Mau gak?"

Benar, yang sedari tadi ber-drama adalah Arin sedangkan Tirta hanya menanggapi dengan sabar.

"Gak mau! Aku maunya dari abang nasgor, lebih enak. Cepet beliin kalo gak nanti anaknya kaya mas Aris loh!"

"Babe, gak boleh ngomong gitu ah. Yaudah ayo, kamu mau ikut mas apa di rumah aja?" Tanya Tirta.

"Di rumah aja, mas hati-hati! Jangan ke goda jablay cafe deket rumah loh ya, marah aku nanti."

"Iya sayang, kamu jangan kemana-mana ya, disini aja." Balas Tirta.

Sebelum keluar, Tirta mengambil jaket dan dompet lalu mengecup kening istrinya sebentar sebelum akhirnya pergi untuk mencari tukang nasi goreng.

Pernikahan mereka sudah terhitung satu tahun dan akhirnya mereka berdua di karuniai calon anak pertama di usia pernikahan yang menginjak sembilan bulan, sekarang usia kandungan Arin adalah tiga bulan.

Lalu bagaimana reaksi Arin saat mendapat lamaran pernikahan dari Tirta?

Simpel saja, ketika Tirta telah memberi bukti bahwa ia adalah Lucian, Arin langsung menerima ajakan menikah dari Tirta. Mereka berdua bertemu kembali dan Tirta menepati kata-katanya sebagai Lucian.

Tak ada masalah yang berarti dalam rumah tangga mereka berdua, begitupun dengan rumah tangga adiknya yaitu Jessica bersama suaminya Rio. Mereka berdua menikah disaat yang bersamaan, membuat kebahagiaan terasa dua kali lipat saat itu.

*Kringgg!!

"Anjir, siapa si itu yang telpon malem-malem? Untung gue lagi bangun, kalo enggak udah gue lempar itu telpon rumah." Meski ngedumel, dengan setengah hati Arin angkat telepon itu.

"Halo, dengan saya Arina. Ada yang bisa dibantu?"

Hening, tak ada jawaban, hal itu sedikit membuat Arin deja vuvu ketika mengangkat telepon dari Tirta dulu.

"Haloo? Kalo gak ada yang jawab saya-"

"Tunggu."

"Nah, gitu kek jawab. Ini siapa ya?"

"Kamu gak perlu tau. Cuma mau bilang, selamat untuk pernikahan kamu ya dek. Maaf, tau kok ini telat banget buat ngasih hadiah, tapi aku bakal tetep kasih ke kamu. Hadiahnya ada di depan pintu, semoga suka."

Transmigration? Really?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang