TR #28

1K 135 5
                                    

"Kehilangan ortu ternyata sakit gak berdarah ya."

Arina PoV

"ARLENE, AKU PULANG LOH! KENAPA TIDAK ADA YANG MENYAMBUT KU?" Teriak gue dari pintu depan.

Yap, gue sama Lucian udah berhasil keluar dari tempat itu dan langsung kesini. Selama perjalanan kita ngeliat keadaan beberapa tempat yang lumayan ancur, mungkin perbuatannya pemberontak itu.

Selama perjalanan juga gue cuma bisa liat Lucian yang senyam senyum gak jelas sambil tengok kanan kiri. Kenapa dia? Kerasukan arwah? Disini gak ada tim jurnalrisa loh, panggil siapa gue kalo dia kerasukan?

"Luc, ada apa? Jangan tertawa tidak jelas seperti itu, kau membuatku takut."

"Maaf, hanya senang karena bisa menghabiskan banyak waktu bersama mu. Aku jadi berterima kasih kepada pasukan bodoh ku itu."

"Eh? Bukannya seharusnya kau kecewa karena mereka kalah?"

"Untuk apa? Sejak awal aku sudah bisa menebak siapa yang akan menang, dan sepertinya terlalu berlebihan ya jika aku menyebutnya dengan perang? Tentu kerajaan ini akan menang dengan mudah."

Begitulah percakapan singkat kami yang bikin gue sempet tenang sebentar.

"Ayah dan lainnya dimana? Kenapa hanya kau yang menyambutku?"

Arlene keliatan bingung harus ngomong apa. Emangnya ada apa? Ada kejadian yang gue lewatin selama tiga hari itu?

"Sepertinya saya tidak berhak mengatakannya nona, pergilah ke kerajaan menggukan kereta kuda bersama saya. Semua pertannyaan nona akan terjawab disana."

Sebenernya ada apa? Kenapa firasat gue jadi gak enak gini? Semuanya baik-baik aja kan?

Gue langsung naik kereta kuda bareng Lucian dan dengan kecepatan tinggi Arlene mulai mengendarai kereta kuda itu.

Ternyata ngeliatin jalanan gak bikin hati gue tenang, makin deket ke kerajaan makin gak tenang hati gue. Jadi sekarang yang bisa gue lakuin cuma berdoa.

Eh tunggu, ini gue punya agama gak sih? Si Vero gak bilang agamanya apa, bodo lah gue doa ke semua Tuhan aja biar cepet kekabul.

"Tenanglah, semuanya pasti akan baik-baik saja. Kau percaya kan pada kemampuan mereka?"

"Kau benar, Luc. Mungkin aku hanya terlalu khawatir."

Sesampainya di kerajaan gue langsung turun dan ninggalin Arlene bareng Lucian. Objek pertama yang gue cari pertama adalah ayah, tapi kok dari tadi gue keliling gak ada ya? Di istana juga keliatan lumayan berantakan, apa kekuatan pasukan Lucian gak selemah yang gue pikir?

"Arin, apa itu kau?" Suara seseorang buat gue berhenti untuk lari.

Gue puter badan dan keliatan muka good looking abang gue, Samuel.

"Kak El? Kenapa mengintip seperti itu? Dimana semua orang? Dimana ayah?"

"Arin, itu benar-benar kau!"

Transmigration? Really?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang