TR #23

1.1K 165 4
                                    

"Kalo capek istirahat aja sebentar, gak papa kok. Soalnya mati juga gak akan selesein masalah."

Roselia PoV

Ini tepat satu minggu sejak kepergian Vero dan belum ada kabar sama sekali tentangnya. Pikiranku kembali berputar saat hari di mana aku mendengar itu, mendengar saat Samuel yang berdebat dengan duke di ruang kerja. Aku Aku sangat terkejut saat mendengar Vero yang di usir oleh duke sendiri, memangnya apa salahnya?

"Dengar, Vero bukan lah Vero yang dulu. Seseorang merasuki raganya dan berpura-pura menjadi dirinya dan ayah sangat marah saat mengetahui itu." Jelas Sam padaku.

"Lalu? Apa ada yang yang berbeda? Aku menyayangi dia, siapapun itu. Meski dia bukan di raga Vero sekalipun, aku tetap menyayanginya."

"Aku tau, aku juga menerimanya tanpa menanyakan apa yang terjadi sebelumnya hingga terjadi seperti ini. Satu hal yang pasti, seseorang yang menyebarkan itu berada di penjara bawah tanah sekarang."

"Kalau begitu antarkan aku kesana, sekarang."

"Tidak, disana banyak-"

"Aku tidak meminta pendapatmu, bawa aku sekarang atau aku pergi sendiri."

Sepertinya walau terpaksa dia tetap membawaku ke penjara bawah tanah. Bagus lah jika hama itu disini, aku bisa dengan puas menyiksanya.

"Tinggalkan aku berdua dengannya, kau pergilah lebih dulu."

Dia ingin menjawab sebelum akhirnya melihat diriku yang sedang tidak ingin di ajak berdebat, "baiklah, aku pergi. Jangan lupa untuk membersihkan darah menjijikannya setelah kau puas, oke?" Aku menggangguk tanda setuju.

Dan disinilah aku sekarang, di samping hama menjijikan yang membuat Vero pergi.

Jika dilihat baik-baik, dia sudah cukup tersiksa. Tubuhnya banyak luka gores benda tajam serta cambukan, sudut bibirnya berdarah, rambutnya tak beraturan, dan wajahnya hampir tak berbentuk. Tapi kenapa dia diam saja? Apa sudah mati?

Untuk memastikan hal itu, aku menuangkan alkohol di luka terdalamnya. Oh, dia bergerak. Tubuhnya yang tadi tergeletak lemas sekarang menggeliat, mulutnya yang tertutup sekarang terbuka lebar.

"Eh? Pantas saja kau diam, ternyata lidah mu menghilang ya? Sangat disayangkan. Ngomong-ngomong hama sepertimu memiliki nyali juga untuk melakukan hal itu,"

Aku berhenti sejenak dan menginjak telapak tangannya yang sudah tidak memiliki jari. Matanya semakin terbuka lebar, air matanya keluar dengan deras, tapi itu semakin membuatku ingin menyiksanya.

"Sayang sekali kau mencari masalah dengan orang yang salah pula."

Dengan kencang aku menendang wajahnya hingga membentur lantai. Darah keluar semakin deras begitupun dengan air matanya.

"Haha, sangat menyenangkan! Pantas saja Vero selalu melarang ku untuk melakukan hal seperti ini, ternyata sangat menyenangkan. Tapi, Vero tidak akan suka ini, jadi aku hanya akan bermain sebentar dengan mu."

Transmigration? Really?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang