Happy reading...
Suasana diluar ruangan operasi terlihat sangat hening dan mencekam tak ada siapapun yang memulai obrolan. Mereka sama-sama tenggelam dalam pikiran nya masing-masing.
Sedangkan didalam ruangan operasi, seseorang kini tengah berjuang hidup dan mati. Azka tak hentinya berdzikir begitu juga alisya. Ia meminta untuk setengah dibius, agar dia tak henti mengucap kan istighfar sambil merasakan perasaan yang sulit diartikan.
"Oaaa..."
"Oaaa.."
Seorang bayi telah lahir. Bayi mungil yang dinantikan selama 9 bulan ini. Seorang bayi laki-laki.
Dokter pun langsung menggendong bayi tersebut dan menaruh nya di pelukan sang ibu, tanda komunikasi pertama antar kedua nya. Tangis haru kini dirasakan semua orang.
"Oaa.." "oaa..."
"Alhamdulillah"
Suara serentak diluar ruangan. Sepasang suami-istri yang baru saja menjadi kake dan nenek seorang bayi laki-laki.Alisya mencium aroma bayi mungil nya itu. Air matanya menetes hari dimana ia nantikan sudah dapat ia rasakan. Namun hari itu pula yang menjadi penantian akan berkahir.
"Allahu Akbar, allahu Akbar"
"Allahu Akbar, Allahu Akbar"
Suara kumandang adzan pertama yang bayi itu dengar. Azka berkumandang dengan sangat merdu untuk pahlawan kecilnya. Jagoan nya. Buah hati mereka berdua.
Azka terus berkumandang hingga selesai lalu dilanjutkan dengan iqomat. Kilatan ingatan kenangan bersama alisya tiba-tiba muncul seketika membuat nya tercekat menahan tangis. Namun ia terus melanjutkan iqomat dengan hikmat dan air mata yang perlahan jatuh.
"Oaa..."
"Lihat Al, begitu mungil tangan kecil nya." Ucap Azka mendekatkan anak nya pada wajah alisya.
Alisya terus menangis sambil tak henti mencium wajah anak nya itu. Sang jagoan nya,anak umma dan Abi.
Saat Alisya terhanyut dalam kesedihan dan kegembiraan yang bersamaan saat itu juga pandangan nya buram. Lalu tiba-tiba gelap seketika.
"Al! Alisya!"
"Alisya bangun sayang!"
Melihat istrinya memejamkan mata membuat hatinya teriris. Ini bukan akhir segalanya kan Al?
Dokter yang berada disana langsung memeriksa keadaan alisya. Suster pun tak luput membantu dokter itu.
***
Suster yang berjaga menjaga bayi alisya akhirnya keluar untuk menaruhnya di inkubator karena lahir sebelum waktunya.
Semua orang yang melihatnya pun langsung mengerumuni sang bayi.
"Masyaallah"
"Alhamdulillah"
Mereka tersenyum dan menangis bersamaan.
"Boleh saya gendong?" Pinta Monik pada suster.
"Tentu saja."
Suter itu lantas memberikan bayi nya secara perlahan. Monik memangku cucu pertama nya, sangat mungil dan lucu.
"Lihat hidungnya. Jagoan umma dan Abi ya sayang." Ucap ocha memperhatikan secara detail hidung yang mirip dengan umma nya. Lalu mata nya, alis nya dan semua nya.
Semua orang tertawa saat melihat ekspresi sang bayi tersenyum seakan mengerti apa yang baru saja nenek nya itu katakan.
Tentu saja ia jagoan umma dan Abi nya.
Setelah selesai Akhirnya bayi itu dimasukkan kedalam inkubator. Bayi itu tidak henti-hentinya menendang dan tersenyum semeringah membuat siapa saja yang melihatnya ikut tertawa geli.
"Bagaimana dengan ibunya?" Tanya ocha saat menyadari Azka tak kunjung keluar.
"Azka!?" Kata Monik saat melihat ruangan operasi terbuka dan memperlihatkan anaknya sedang ikut mendorong ranjang rumah sakit.
Pandangan Azka kini hanya tertuju pada istri nya itu. Melihat sekeliling tubuhnya yang pucat.
"Suster bagaimana kondisi anak saya?" Ocha menghampiri suster yang terakhir keluar dari ruangan.
"Pasien mengalami koma. Alhamdulillah operasi nya berjalan lancar, kita hanya perlu menunggu pasien nya sadar." Jelas suster.
Mereka terdiam. Tak dapat lagi bicara apapun, sedangkan Azka sudah melesat pergi mendampingi alisya keruang rawat inap. Semua manatap khawatir akan kondisi azka, namun satu hal yang mereka harapkan adalah kesembuhan untuk alisya.
***
"Bangun sayang," ujar Azka sambil memegang sebelah tangan alisya yang diinfus.Sudah masuk hari ke 3 alisya berbaring koma di ranjang rumah sakit. Ta ada pergerakan apapun yang terlihat.
Kamu ga akan tahu seberapa sering saya berdoa untuk kesembuhan kamu Al. Saya sangat yakin bahwa Allah akan memberikan kesempatan untuk keluarga kecil kita. Batin Azka.
"Setidaknya untuk membesarkan anak kita Hamzah bersama-sama."
Azka bangkit dari kursi nya lalu mengecup kening alisya. Kini pikiran nya tertuju pada satu hal yang mungkin akan membuat alisya sadar dari koma nya.
Kaki nya melangkah meninggal ruangan alisya dan tertuju pada ruangan yang bertuliskan inkubator.
Azka memasuki ruangan itu. Mata nya tertuju pada bayi laki-laki yang sedang tidur terlelap."Assalamualaikum Hamzah" kata nya saat sudah berada di depan anak nya.
Dia mengambil sebuah topi mungil dari kepala Hamzah. Lalu keluar dari ruangan itu.
Semua orang yang melihatnya terdiam tidak tau apa yang akan dilakukan Azka pada topi anak nya itu.
Setelah itu Azka mulai masuk kembali kedalam ruangan alisya. Dia menaruh topi yang ia ambil di sisi kepala alisya dengan hati yang berharap.
"Ciumlah alisya. Ini aroma anak mu Hamzah." Kata Azka.
"Bangunlah Al. Bangunlah demi hamzah. Kita besarkan dia bersama-sama." Ucapan penuh lirih.
Isak tangis nya mulai memenuhi ruangan. Keluarga yang masih berada di luar ruangan hanya dapat melihat mereka dari kaca pintu.
"Bangun Al."
"Bangunlah, aku mohon." Lirih nya putus asa sambil memegang tangan alisya dan terus menciuminya .
Disisi lain. Tanpa Azka sadari, sebutir air mata jatuh menelusuri pipi alisya. Alisya menangis seakan benar-benar sedang berusaha untuk bisa bangun.
Ya Rabb. Kumohon beri kami kesempatan untuk dapat membesarkan anak kami Hamzah. Batin alisya seakan mengadu pada Rabb nya dan terus mencoba untuk membuka mata nya itu.
Satu detik.
Alisya masih mencoba.Lima detik.
Mata nya tak kunjung bisa dibuka. Seakan ada yang menarik nya ke alam bawah sadar."M-mas?"
_ _ _
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
Short Story"aku ingin kamu berhenti melakukan pekerjaan selayaknya istri, Aku tidak ingin terbiasa dengan semua ini". Ucap Azka penuh penekanan "Aku tau kamu masih menunggu perempuan itu tapi, izinkan aku untuk membuat mu jatuh hati padaku hanya dalam satu Min...